News

Hampir 90 Persen Anak Usia Lima Tahun ke Atas Mengakses Media Sosial

Data Badan Pusat Statistik (BPS) tahun 2021 menunjukkan, 89 persen anak 5 tahun ke atas mengakses internet untuk media sosial, dan hanya 33 persen anak usia 5 tahun ke atas yang mengakses internet untuk mengerjakan tugas sekolah.  Realitas ini memacu semakin tingginya rasa individualisme yang mengurangi interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat.

“Artinya dari 100 anak yang menggunakan HP untuk mengerjakan tugasnya itu 33 persen. Berarti masih ada yang mungkin nonton berita, dan sebagainya. Ini harus kita pahami kondisi ini, sehingga kita bisa merasakan kemajuan,” kata Sekretaris Jenderal Kementerian Dalam Negeri Suhajar Diantoro saat menjadi narasumber dalam Seminar Nasional dan Pelantikan Pengurus Pusat Divisi Ikatan Bimbingan dan Konseling Sekolah (IBKS) di Kantor Pusat Kementerian Pendidikan, Kebudayaan, Riset, dan Teknologi (Kemendikbudristek), Jakarta, Sabtu (4/2/2023).

Mungkin anda suka

Suhajar menyebut, tantangan pertama yang dihadapi adalah masih banyak kepala sekolah dan guru BK yang berada di generasi x yang lahir di antara tahun 1965-1980. Generasi x atau sebelumnya baby boomers harus rela menyerahkan kepemimpinannya ke generasi setelahnya untuk berkembang.

“Generasi baby boomers ini tidak memahami kondisi generasi di bawah kita dan kita memimpin mereka. Pesan pertama untuk guru BK adalah untuk menemukan kebenaran dunia ini milik siapa, kalau sudah yakin ini bukan milik kita, maka kita harus bersukarela untuk menyerahkan dunia ini kepada generasi di bawah kita dan memberi ruang kepada mereka untuk berkembang,” urai Suhajar.

Tantangan berikutnya yang disampaikan oleh Suhajar pada para guru BK yaitu saat ini anak-anak Indonesia menggunakan gadget mencapai 5 jam per hari dan hampir 24 jam anak-anak hidup dengan gadget.

Dia menambahkan, gadget dan internet telah meningkatkan individualisme sehingga menyebabkan terjadinya loneliness (kesepian). Gadget telah meningkatkan individualisme yang mengurangi interaksi sosial dalam keluarga dan masyarakat. Kondisi ini dapat meningkatkan risiko depresi dan penyakit akut lainnya.

“Hari ini kita ada persoalan baru, di mana anak-anak kecanduan internet. Ini yang wajib kita cermati, jangan sampai mereka terlalu asyik dengan gadget-nya,” tandas Suhajar.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button