Ototekno

Gita Wirjawan: Saya Tidak Percaya dengan 5G

Gita Wirjawan sebagai seorang pebisnis andal sekaligus politikus senior dan mantan menteri perdagangan RI ini ternyata mengaku tidak percaya jaringan seluler generasi terbaru 5G bakal berjalan mulus  di Indonesia.

“Saya masih percaya dengan teknologi Satelit, kenapa saya tidak percaya dengan 5G?, nggak percaya dengan 5G bukan karena teknologi ini kurang canggih tapi karena investasi yang dibutuhkan untuk mengelola 5G ini luar biasa besar,” ungkapnya dalam video yang dibagikan @Mardiguwp dikutip Inilah.com, kamis (17/02).

Menurut penuturan Gita, investasi yang ia maksud adalah ketika nantinya para operator akan perlu banyak titik baru untuk migrasi dari 4G ke 5G dengan tiang-tiang yang difungsikan mentransmisi data dengan kualitas yang canggih lewat 5G jumlah tiang yang harus ditambahkan bakal butuh lahan yang cukup besar.

“Untuk kita naik kelas dari 4G ke 5G kita harus menambahkan jumlah tiang 100 sampai 300 kali lipat problemnya di Indonesia adalah kalau kita memasang tiang 100 atau 300 kali lipat lebih banyak kita harus membebaskan lahan kan, pembebasan lahan di sini nggak gampang,” ungkap pria lulusan Harvard University ini.

5G membutuhkan jumlah BTS yang lebih banyak untuk mengejar kapasitas dan terlebih lagi ketika frekuensi tinggi terimplementasi. Untuk mengejar volume besar ini, maka membutuhkan kecepatan proses akuisisi.

Sisi lain regulasi dan biaya akuisisi lahan/lokasi makin mahal, operator menara harus bisa mendapatkan di titik yang masih bisa diterima operator seluler dan tentunya masih terdapat margin. Tantangan lainnya, optimalisasi margin dengan masuk ke bisnis penyertaan menara.

Jadi dengan nada kritis ia berkesimpulan untuk membangun teknologi 5G masalahnya di Indonesia cukup rumit dan sistemik.

Sebagai Informasi, Indonesia telah menggelar jaringan generasi kelima alias 5G pada 2021 lalu. Ada dua operator seluler yang sudah menghadirkan 5G di Tanah Air, yaitu Telkomsel dan Indosat.

Telkomsel pertama kali menggelar layanan 5G pada Mei 2021 lalu. Kemudian Indosat Ooredoo pada Juni 2021.

Namun selain infrastruktur, komersialisasi jaringan 5G di Indonesia juga masih terkendala oleh ketersediaan pita frekuensi untuk menggelar layanan.

Jaringan 5G sedianya menjanjikan kecepatan unduh (download) dan unggah (upload) yang sangat cepat, klaimnya setidaknya 10 kali lipat lebih cepat dari 4G.

Namun, karena masih menggunakan infrastruktur 4G LTE, operator seluler belum bisa menghadirkan layanan 5G yang optimal.

 

View this post on Instagram

 

A post shared by Bossman Mardigu (@mardiguwp)

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Ibnu Naufal

Menulis untuk masa depan untuk aku, kamu dan kita.
Back to top button