Market

Garuda Selalu Merugi, 3 Bulan Beroperasi Tekor Rp1,65 Triliun

Hingga kuartal I-2023, maskapai penerbangan pelat merah, PT Garuda Indonesia (Persero/Garuda) Tbk terus dirundung rugi. Dalam 3 bulan saja, tekornya US$110,03 juta, atau sekitar Rp1,65 triliun (kurs Rp15.000/US$).

Meski tekornya masih triliunan, angka itu turun jika disandingkan dengan kuartal I-2022 yang tekornya mencapai US$224,14 juta, atau setara Rp3,36 triliun.

Berdasarkan laporan keuangan perusahaan, Jakarta, dikutip Rabu (3/5/2023), penurunan kerugian Garuda dipantik melonjaknya pendapatan perseroan. Pada kuartal I-2023, Garuda mencatat penjualan dan pendapatan usaha sebesar US$602,99 juta, atau setara Rp9,04 triliun. Sedangkan kuartal I-2022, pendapatan Garuda hanya US$350,15 juta, atau Rp5,25 triliun.

Kerugian Garuda di paruh pertama tahun ini disebabkan oleh beban penjualan, beban umum dan administrasi, serta beban bunga utang yang lebih tinggi dari periode yang sama tahun sebelumnya. Di kuartal I-2023 ini, beban penjualan Garuda tercatat US$51,58 juta (Rp773,7 miliar). Sedangkan tahun lalu hanya US$24,31 juta (Rp364,65 miliar).

Begitu juga dengan beban umum dan administrasi yang di tiga bulan awal ini tercatat US$43,76 juta (Rp656.4 miliar), sedangkan tahun lalu hanya US$35,21 juta (Rp528,15 miliar).

Kemudian, beban bunga dan keuangan Garuda saat ini naik jadi US$110,74 juta (Rp1,61 triliun) dari sebelumnya hanya US$96,04 juta (Rp1,44 triliun). Lalu, beban lainnya tercatat naik jadi US$509,83 juta (Rp7,65 triliun) dari sebelumnya US$466,81 juta (Rp7 triliun).

Tak hanya alami kerugian, aset Garuda di kuartal I-2023 ini juga turun menjadi US$6,18 miliar atau Rp92,7 triliun dari sebelumnya sebesar US$6,23 miliar atau Rp93,45 triliun di kuartal I-2022.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button