NewsMarket

Garuda Sayapnya Retak Hanya Pertahankan 5 Rute Internasional

Kuartal III-2021, utang PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk tembus Rp140 triliun. Meski hampir bangkrut, maskapai ini mempertahankan 5 rute internasional.

Rute mana saya? Tahun depan, Garuda Indonesia memastikan tetap melayani penerbangan ke Hong Kong, Sydney (Australia), Narita (Jepang), Seoul (Korea Selatan), dan China. Kata Direktur Utama Garuda, Irfan Setiaputra, kelima rute itu dipertahankan, karena masih memberikan keuntungan.

Sementara untuk rute internasional lainnya, kata dia, terpaksa ditutup demi efisiensi perusahaan. “Sementara (rute) internasional banyak sekali yang sudah kami tutup, sementara (rute) yang masih kami operasikan atau terbangkan itu Hong Kong, Sydney, Narita, Seoul, China,” ungkap Irfan dalam paparan kinerja kuartal III 2021 secara daring, Jakarta, Senin (20/12/2021).

Selain itu, maskapai penerbangan pelat merah ini tetap mempertahankan rute Jeddah, Arab Saudi. Di mana, Jeddah tak masuk rute internasional karena hanya dikhususkan untuk umrah. Meski begitu, Garuda belum membuka lagi penerbangan ke Jeddah saat ini. Pasalnya, Kementerian Agama masih menunda keberangkatan umrah hingga tahun depan.

Rute ke Jeddah, kata Irfan, akan kembali dibuka ketika sudah ada kepastian dari pemerintah. Selain itu, penerbangan umrah juga akan dibuka ketika jemaah dan agen sudah memenuhi persyaratan yang ditentukan pemerintah. “Saya sengaja tidak mencantumkan Jeddah karena ini sangat berkaitan dengan umrah. Saat ini karena umrah belum dibuka, persyaratan masih cukup berat, kami putuskan untuk tidak terbang dulu,” jelas Irfan.

Di sisi lain, Garuda akan menutup sejumlah rute domestik. Salah satunya Bandung-Denpasar. Irfan tak memaparkan secara rinci daftar penerbangan yang bakal ditutup oleh maskapai pelat merah tersebut.

“Pengalaman mengajarkan juga supaya pendekatan yang paling tepat adalah mengoperasikan pesawat di rute-rute yang profitable (menguntungkan), secara perlahan-lahan membuka rute lain dan meningkatkan frekuensi,” tutup Irfan.

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button