News

Faisal: Ada Menteri Bisiki Jokowi Pakai Duit Pengusaha Asing untuk Bangun IKN

Di balik proyek Ibu Kota Negara (IKN) yang undang-undanganya baru diketok DPR, ada cerita menarik yang  diungkap ekonom senior Faisal Basri.

Dalam acara Public Expose RUU IKN secara online yang diinisiasi Fraksi PKS DPR, Selasa (18/1/2022), Faisal Basri menyebut adanya menteri pembisik Presiden Joko Widodo (Jokowi).  Menteri tersebut menjanjikan bisa menarik pengusaha asing untuk membiayai proyek IKN. Tak main-main, dana yang dibawa pengusaha itu mencapai US$100 miliar. “Cerita ini saya dapatkan dari seorang wakil menteri, wamen,” ungkap Faisal.

Mendengar tawaran ini, Presiden Jokowi sangat tertarik. Bayangkan saja, dana untuk menyulap Penajam Penaser Utara menjadi sebuah ibu kota negara, perlu dana besar. Dan, sangat jarang investor yang berani keluar dana besar hingga US$100 miliar.

“Pak Jokowi antusias membangun ibu kota baru dan yakin tidak menggunakan dana APBN, karena ada yang membisiki. Ada yang membawa investor dari luar negeri berjanji mampu menyediakan dana USD 100 miliar untuk membangun ibu kota baru,” tutur Faisal.

Terkait wamen yang membocorkan cerita ini, Faisal ogah buka mulut. Namun, masih kata Faisal, wamen ini sempat mengingatkan Jokowi agar berhati-hati. Tentu saja, tawaran duit dari investor tidak ada yang gratis. pasti ada embel-embel bisnis dibaliknya.

“Karena tidak ada yang gratis apalagi USD 100 miliar, di term and condition-nya disebutkan pemerintah wajib menghadirkan dalam waktu 10 tahun 5 juta penduduk di ibu kota baru,” ujar Faisal.

Setelah IKN berpenduduk besar, artinya bisnis bisa mulai muncul. Karena lahir pasar. “Keluarlah peluang bisnis perumahan, perkantoran, rekreasi, sistem transportasi, penyediaan air bersih, pengolahan sampah, itu luar biasa nilainya jauh di atas USD 100 miliar,” kata Faisal.

Setelah menimbang-nimbang, Jokowi akhirnya balik badan. Tawaran dari pembisiknya itu, ditolak. Model bisnis seperti itu terlalu ekstrem. Alhasil, APBN menjadi opsi untuk menalangi pembangunan IKN.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button