Kanal

Erick yang Kian Banyak Dilirik

Figur Erick sedikit banyak mengingatkannya kepada figur mantan Wapres Jusuf Kalla pada kontestasi Pilpres 2004. “Baik Erick Thohir dan Jusuf Kalla, memiliki elektabilitas yang mumpuni sebagai cawapres dengan logistik yang kuat,”kata dia. Tanpa harus dijelaskan Pangi, kita tahu, logistik itu penting dalam politik Indonesia saat ini, terutama buat membayar ‘mahar politik’.

Oleh   : Darmawan Sepriyossa

Kalau ada yang mengilustrasikannya dalam sebuah grafik, kesibukan Menteri Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Erick Thohir tampaknya akan menunjukkan kurva yang meningkat tajam dalam sebulan terakhir. Mobilitasnya terutama, yang bisa ditengarai publik berdasarkan perbedaan lokasi dari berita-berita tentang dirinya.

Jumat (2/12) pekan lalu Erick berada di Bandung, bertemu dengan kelompok yang disebut media massa sebagai para ‘Sesepuh Sunda’. Dalam pertemuan yang terlihat sangat akrab itu, Erick menyatakan rasa kedekatannya dengan Tatar Pasundan, dan selalu merasa seperti pulang kampung setiap kali mengunjungi tanah Jawa Barat. “Karena saya ini orang Majalengka. Ibu saya asli dari Kadipaten, Majalengka,” ujar Erick, seraya bersyukur bisa menjalin silaturahmi dengan para tokoh Sunda  yang saat itu hadir, seperti Ceu Popong, Dindin S. Maolani, Eka Santosa, Yayat Purwita, Mantan Wagub Nu’man Abdul Hakim, Dadang Hendaris, Andri Kantaprawira, hingga Ketua ICMI Jawa Barat, Prof Sutarman, dan banyak lagi.

“Saya ingin melihat dan memastikan, sesepuh sareng wargi di Jawa Barat ini sararehat (pada sehat), sarareneng (pada senang), sareng saralamet (pada selamat atau lancar dalam kehidupan),”kata Erick, menegaskan alasan silaturahminya. Sementara pihak tuan rumah meminta Erick untuk membantu menjadikan Kujang, perkakas (sebagai senjata Kujang masih dipersoalkan—red) khas Sunda, sebagai warisan dunia UNESCO, serta penggantian nama Provinsi Jawa Barat menjadi Provinsi Sunda.

Sebelumnya, akhir November lalu, pada acara yang nyaris serupa Erick berada di Samosir, Tanah Batak. Pada acara silaturahmi itu  Erick  bahkan dianugerahi marga Sidabutar, lengkap dengan upacara adat Batak di Tomok, Kabupaten Samosir, Sumut. Yang menarik, dalam kesempatan itu Erick juga dianuegerahi tongkat khas raja Barak yang disebut Tunggal Panaluan di hadapan tokoh-tokoh adat Batak dan masyarakat setempat.

“Saya merasa bangga bisa menjadi bagian dari Bangso Batak. Bangsa yang terkenal kaya akan budaya, memiliki banyak tradisi bersejarah, semangat kekeluargaan, dan pekerja keras,” tulis Erick Tohir di akun Instagram-nya, @erickthohir, merespons anugerah tersebut secara publik.

Senyampang itu, nama Erick di aras politik pun tengah menguat. Pada acara Peluncuran Bakal Calon Legislatif (Bacaleg) PAN se-Jawa Tengah di Kota Semarang, Kamis (1/12) lalu, Ketua Umum Partai Amanat Nasional (PAN), Zulkifli Hasan, mengatakan partainya tengah mempertimbangkan duet Ganjar-Erick sebagai pasangan calon presiden-wapres  2024. Baik Ganjar maupun Erick hadir langsung pada acara tersebut.

“Nama Erick Thohir sebagai Cawapres 2024 mengemuka di sejumlah DPW PAN. Selalu nyantol nama Pak Erick, kami pertimbangan matang semuanya,”ujar tokoh yang lebih dikenal sebagai Zulhas itu. Dua hari kemudian, dengan mengaitkan pada pernyataan Jokowi soal pemimpin berambut putih penuh keriput, Zulhas mengulas soal itu di akun Instagram resminya, @zul.hasan. “Kalau rambut yang putih -putih itu jelas Pak Ganjar. Pak Erick nggak kalah. Kerutan-kerutan itu kayaknya Pak Erick,” tulis dia.

Kepada TEMPO, Wakil Ketua Umum PAN, Viva Yoga Mauladi, menilai Ganjar dan Erick bisa menjadi pasangan yang sempurna pada Pemilihan Presiden 2024.  Viva menjelaskan, Erick merupakan seorang teknokrat, pengusaha nasional, santri, dan pecinta sepak bola, dengan komitmen terhadap umat dan masyarakat yang  tidak diragukan. “Jika dipasangkan  akan menjadi pasangan yang sempurna,” ujar dia.

Sejatinya, kemunculan Erick bukan ujug-ujug begitu rupa.  Sejak Juli lalu, setidaknya di Malang, sudah beredar baliho yang menyebut namanya sebagai calon presiden pada Pemilu 2024. “Muda, Cerdas, Berakhlak”, tulis sebuah baliho di pertigaan lampu merah Jalan Dinoyo, dengan Erick dalam foto ukuran besar. Baliho lain juga terpampang di Jalan Raya Tlogomas.

Sejak Agustus tahun lalu, nama Erick mulai marak menghiasi hasil berbagai survey. Pada pertengahan Agustus, Indonesia Political Opinion (IPO) merilis hasil survey yang mereka gelar pada 2-10 Agustus 2021. Pada saat itu pun ternyata nama Erick mulai dilirik publik. “AHY sangat menonjol, survei April lalu di angka 7,1 persen, meningkat tajam ke 9,9 persen, mengungguli Prabowo Subianto dan Ridwan Kamil yang sebelumnya masih di posisi atas. Sementara Erick Tohir dari posisi 0,8 persen meningkat ke 4,7 persen. Zulkifli Hasan dari 0,7 persen berada di urutan 14 dari 20 tokoh dinominasikan, meningkat ke 1,9 persen atau di urutan 10,”kata Peneliti Utama IPO, Catur Nugroho. Yang menurutnya menarik, baik Erick maupun Zulhas, saat itu belum sepenuhnya mempromosikan diri.  “Erick Thohir dan Zulkifli Hasan adalah elit yang belum menghidupkan mesin popularitas, tetapi justru popularitas mereka tumbuh signifikan,” ujar Catur.

Oktober tahun ini, survei Indikator Politik Indonesia (IPI) menunjukkan duet Ganjar-Erick unggul dalam tiga simulasi tiga pasangan yang diprediksi menjadi peserta kontestasi Pilpres 2024.  Pada simulasi yang dilakukan Lembaga survei pimpinan Burhanuddin Muhtadi itu, pasangan Ganjar-Erick disebitkan memperoleh elektabilitas sebesar 43,4 persen, meninggalkan pasangan Prabowo-Puan yang mendapatkan elektabilitas sebesar 29,4 persen dan Airlangga-Ridwan Kamil di 11,0 persen.

Kemudian di simulasi kedua, pasangan Ganjar-Erick Thohir kembali digdaya atas pasangan lain dengan elektabilitas sebesar 36,6 persen. Di bawahnya terdapat pasangan Prabowo-Cak Imin dengan elektabilitas 25,7 persen dan Anies-Khofifah 24,8 persen. IPI melanjutkan pada simulasi ketiga. Hasilnya, menurut mereka, Ganjar-Erick kembali tidak tertandingi dengan angka elektabilitas 43,1 persen, memimpin pasangan Prabowo-Cak Imin yang meraup elektabilitas 32,0 persen dan Airlangga-Ridwan Kamil 9,9 persen.

Survei terakhir IPI bahkan langsung menyoal cawapres. Hasilnya mencatat empat nama tokoh menjadi kandidat kuat calon wakil presiden (cawapres) dalam Pilpres 2024, yakni Erick Thohir, Ridwan Kamil, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), dan Sandiaga Uno.

Menurut Direktur Eksekutif IPI, Burhanuddin Muhtadi, dari hasil survei yang melibatkan 1.220 responden itu, basis pendukung Erick lebih solid mendukung Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo, sebagai calon presiden. Sementara secara pribadi, elektabilitas Erick Thohir mencapai 9,6 persen, meningkat dari sebelumnya di kisaran 8,5 persen pada Juni 2022. “(Elektabilitas) Erick Thohir 9,6 persen,” tulis hasil survei IPI yang beredar Jumat (2/12) lalu itu.

Apa yang membuat Erick menjadi salah satu pilihan publik untuk memimpin negeri ini? Kebanyakan pengamat merujuk pada modak sosial, dan—terutama—logistik yang dimiliki Erick. Pangi Syarwi Chaniago, di antaranya. Direktur Eksekutif Voxpol Research Center itu menilai, itulah yang menjadi faktor kunci yang membuatnya dilirik pubik. “Pak Erick Thohir memiliki modal, memiliki elektabilitas dan logistik, modal sebagai menteri BUMN ada, paling tidak itu modalnya. Itu yang saya sebut faktor kunci,”kata Pangi, beberapa waktu lalu.

Menurut Pangi, figur Erick sedikit banyak mengingatkannya kepada figur mantan Wapres Jusuf Kalla pada kontestasi Pilpres 2004. “Baik Erick Thohir dan Jusuf Kalla, memiliki elektabilitas yang mumpuni sebagai cawapres dengan logistik yang kuat,”kata dia. Tanpa harus dijelaskan Pangi, kita tahu, logistik itu penting dalam politik Indonesia saat ini, terutama buat membayar ‘mahar’.

Dalam soal ‘ketahanan logistik’ apa yang diungkap Pangi sukar dinafikan. Di antara tujuh bakal calon potensial presiden, Erick memang tercatat paling kaya, bahkan melampaui kekayaan Prabowo Subianto. Berdasarkan catatan resmi, Menteri BUMN itu memiliki total harta mencapai Rp2,3 triliun. Harta terbesar Erick berasal dari surat berharga dengan total nilai Rp1,72 triliun, serta 34 bidang tanah dan bangunan dengan nilai setara Rp364,2 miliar.

Di bawahnya baru ditempati Prabowo dengan catatan harta mencapai Rp2 triliun, yang Rp 1,7 triliun di antaranya berbentuk surat berharga. Airlangga Hartarto berada di tempat ketiga terkaya dengan total harta Rp425,6 miliar, disusul Ketua DPR Puan Maharani yang pada 2020 melaporkan harta senilai Rp382,4 miliar; AHY dengan Rp15,29 miliar, Anies baswedan Rp14,7 miliar, serta Ganjar Pranowo yang mencatatkan harta kekayaan sekitar Rp11,78 miliar.

Erick sendiri tampaknya memang menargetkan posisi orang kedua, bukan presiden. ‘Curhat’-nya yang terkesan pesimistis kepada pers soal kursi kepresidenan, sejatinya seolah mengarahkan agar dirinya diposisikan sebagai orang kedua dari calon presiden yang kuat.

Leadership siapa pun yang nanti terpilih jadi presiden, yang pasti bukan saya, karena presiden berikutnya orang Jawa, ya kan? Lho, trennya begitu, ya kan?,”ujar Erick dalam acara “Special Event Road to G20 By HIMPUNI”, yang digelar akhir Oktober lalu.

Erick mengatakan hal itu dengan berkaca pada pengalaman yang sudah-sudah, yakni  presiden selalu orang Jawa. Namun demikian, ia optimistis dalam beberapa tahun mendatang arah peta perpolitikan di Indonesia pun akan berubah seiring perubahan zaman. Itu, kata dia, kira-kira pada 2034, pada saat semua warga negara lebih memiliki pemikiran terbuka. “Ketika mayoritas penduduk kita anak mudanya menjadi dominan. Kalau sekarang masih..,” kata Erick, tak menuntaskan kalimatnya. [dsy]

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button