Market

Era Jor-joran Suku Bunga, Bos BI Was-was Rupiah Melemah Jangka Panjang

Bank sentral AS atau The Fed diramal bakal terus mengerek suku bunga acuan atau fed fund rate (FFR). Untuk mengerem laju inflasi. Dampaknya, siap-siap, nilai tukar (kurs) rupiah anjlok semakin dalam.

Usai Rapat Dewan Gubernur (RDG), Jakarta, Kamis (17/11/2022), Gubernur Bank Indonesia (BI), Perry Warjiyo meramalkan, banyak negara akan menerapkan pengetatan moneter. Guna menekan laju inflasi yang dikhawatirkan semakin tak terkendali di masa depan. “Dan, Amerika Serikat (AS) merupakan salah satu negara yang berada di jalur tersebut. Hal ini membuat dolar AS begitu menguat termasuk terhadap rupiah,” paparnya.

Perry menjelaskan, lonjakan inflasi disebabkan oleh terganggunya rantai pasok, pengetatan pasar tenaga kerja hingga perang Rusia dan Ukraina. “Merespons tekanan inflasi tinggi tersebut bank sentral di banyak negara terus memperkuat kebijakan moneter yang agresif,” jelasnya.

The Fed telah memacu kenaikan suku bunga acuan sejak beberapa bulan terakhir. “Kenaikan FFR dengan siklus yang lebih panjang higher for longer mendorong tetap kekuatan mata uang dolar sehingga memberikan tekanan ke NTR termasuk berlanjutnya pelarian modal ke emerging market,” paparnya

Pria asal Sokoharjo, Jawa Tengah pencetus Quick Response Code Indonesian Standard (QRIS), meyakini bakal ada tekanan besar terhadap perekonomian global yang ujung-ujungnya menggencet rupiah. “Tekanan nilai tukar rupiah semakin meningkat sejalan dengan tingginya ketidakpastian pasar keuangan global,” tegas Perry.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button