Saturday, 29 June 2024

Ekonom Ini Sebut 4 Alasan Ekonomi Indonesia Sedang ‘Tidak Baik-baik Saja’

Ekonom Ini Sebut 4 Alasan Ekonomi Indonesia Sedang ‘Tidak Baik-baik Saja’


Para pembantu Presiden Jokowi ramai-ramai membanggakan pertumbuhan ekonomi kuartal I-2024 mampu tumbuh di atas 5 persen, tepatnya 5,11 persen. Tapi jangan bangga atau senang dulu.

Menurut Ekonom Universitas Paramadina, Wijayanto Samirin mengatakan, selamatnya ekonomi Indonesia karena ada injeksi steroid berupa utang.

“Kita ini seperti anak kos-kosan yang hidup mewah, tapi setiap hari kasbon, ngutang untuk mempertahankan hidup mewah. Ini tidak bisa dilanjutkan dalam waktu lama,” kata Wijayanto, Jakarta, dikutip Selasa (21/5/2024).

Masih menurut Co-Founder & Advisor Paramadina Public Policy Institute (PPPI) itu, tidak setuju jika ada orang atau pejabat yang menyebut perekonomian Indonesia sedang baik-baik saja. Paling tidak ada tiga alasan utamanya. 

Pertama, kata Wijayanto, Indonesia semakin bergantung sumber daya alam. Seratus delapan puluh derajat dengan negeri jiran Singapura, Malaysia, Vietnam bahkan Kamboja yang mulai mendiversifikasi ekspor.

Saat ini, mereka bahkan mampu mengekspor produk-produk berteknologi tinggi.

“Kita justru mundur, lebih banyak ekspor barang mentah, sumber daya alam. Saat ini, porsi ekspornya 38 persen. Yakmi, migas, CPO (minyak sawit mentah), batu bara, tembaga, dan nikel,” paparnya.

Kedua, lanjut Wijayanto, pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 adalah 5,1 persen. Meski termasuk angka yang tinggi, tapi itu juga disumbang oleh faktor Ramadan dan pemilu.

“Buktinya banyak pengangguran, banyak layoff (pemutusan hubungan kerja), pendapatan pajak pertambahan nilai (PPN) itu relatif lebih rendah daripada tahun yang lalu,” ucap Wijayanto.

Ketiga, dari sisi fiskal. Dia menilai, Indonesia semakin tergantung pada utang. Untuk cicilan bunga utang saja, menyedot  14 persen dari total APBN.

“Pengeluaran kita untuk membayar bunga itu dua kali lebih besar daripada capital expenditure (belanja modal), dan persentase untuk membayar bunga ini akan semakin lama semakin meningkat,” tutur Wijayanto.

Keempat, rupiah selalu dinarasikan kuat oleh pemerintah. Faktanya, kata dia, rupiah itu terus melemah.  “Dalam satu tahun terakhir, rupiah melemah terhadap 80 persen mata uang dunia,” ujar Wijayanto

Pekan lalu, Menko Perekonomian Airlangga Hartarto mengatakan prekonomian Indonesia sedang ‘baik-baik saja. Potensi diserang krisis ekonomi, sangat kecil.

“Probabilitas resesi Indonesia hanya 1,5 persen, lebih rendah dibanding hampir semua negara,” kata Airlangga di Jakarta, Selasa (14/5/2024).

Banyak negara berpeluang mengalami krisis. Misalnya, probalitas Jerman mencapai 60 persen, Italia (55 persen), Inggris (40 persen), Australia (32,5 persen), Amerika Serikat (30 persen) Thailand (30 persen), Rusia (17,5 persen), Korea Selatan (15 persen), China (12,5 persen).

Airlangga merincikan, probabilitas resesi Indonesia yang sebesar 1,5 persen menjadi salah satu yang terendah di dunia dibandingkan negara lain

Ia menjelaskan, kendati dunia tengah dilanda tekanan geopolitik global, Indonesia masih jauh dari jurang resesi. Hal itu tercermin dari pertumbuhan ekonomi Indonesia pada kuartal I-2024 yang tercatat sebesar 5,11 persen.

“Pertumbuhan ekonomi kita itu salah satu pertumbuhan yang tertinggi selama ini, dan kalau kita lihat berbagai lembaga rating dari agensi memberikan asesmen positif,” ujarnya.