Thursday, 04 July 2024

Dua Pistol Napoleon Bonaparte Dilelang, Ditaksir Terjual Rp26,3 Miliar

Dua Pistol Napoleon Bonaparte Dilelang, Ditaksir Terjual Rp26,3 Miliar

Dua pistol yang dulunya ingin digunakan Napoleon Bonaparte untuk bunuh diri akan dilelang akhir pekan ini. Diperkirakan harganya akan mencapai 1,5 juta euro atau sekitar Rp26,3 miliar.

Senjata-senjata yang dihias mewah dengan tatahan emas dan perak menampilkan ukiran gambar Napoleon dalam kemegahan kekaisaran. Konon katanya senjata ini hampir digunakan untuk mengakhiri hidup penguasa Prancis itu pada tahun 1814 ketika ia dipaksa menyerahkan kekuasaan setelah pasukan asing mengalahkan pasukannya dan menduduki Paris.

“Setelah kekalahan kampanye Prancis, dia depresi dan ingin bunuh diri dengan senjata-senjata ini tetapi bangsawan agungnya mengambil bubuk mesiu itu,” kata juru lelang Jean-Pierre Osenat kepada AFP.

Napoleon malah meminum racun tetapi muntah dan selamat. Ia kemudian memberikan pistol tersebut kepada pengawalnya sebagai tanda terima kasih atas kesetiaannya, tambah Osenat. 

Lelang dua artefak berharga milik jenderal besar ini akan diselenggarakan pada hari Minggu di Fontainbleau, selatan Prancis. Panitia lelang memperkirakan kedua senjata akan terjual antara 1,2 juta euro sampai 1,5 juta euro.

Barang-barang kenangan kaisar sangat dicari oleh para kolektor. Sebelumnya topi Napoleon yang sangat terkenal yang bermotif sudut hitam dengan hiasan biru, putih, dan merah terjual seharga 1,9 juta euro atau Rp33,4 miliar pada November 2023 lalu.

Setelah turun takhta, Napoleon diasingkan di Pulau Elba di lepas pantai Italia. Ia segera merasa bosan dan melakukan kepulangan yang dramatis ke Prancis, tetapi kariernya benar-benar berakhir saat ia dikalahkan oleh Inggris dalam Pertempuran Waterloo pada tahun 1815, dan meninggal di pengasingan di Pulau St Helena enam tahun kemudian.

Para pengagum menyebut Napoleon telah menjadikan Prancis negara yang lebih meritokratik dibandingkan ketika di bawah ancien regime sebelum revolusi. Dia mensentralisasikan pemerintahan, mereorganisasi perbankan, merombak sistem pendidikan, dan menerapkan undang-undang Napoleon, yang mentransformasi sistem hukum Prancis serta menjadi model bagi banyak negara lainnya.

Dia juga mengobarkan serangkaian perang berdarah di seluruh Eropa, mendirikan sebuah kekaisaran yang, pada puncaknya, membentang dari Semenanjung Iberia hingga Moskow.

Pada tahun 1812, wilayah di Eropa yang bebas dari kendalinya, melalui pemerintahan langsung atau pemerintahan boneka atau melalui aliansi, adalah Inggris, Portugal, Swedia, dan Kesultanan Utsmaniyah (Ottoman).

Bagi para pengkritiknya, dia adalah seorang penghasut perang dan lalim dalam melakukan negosiasi. Napoleon memanipulasi dan mempolitisasi upayanya untuk mencapai kekuasaan tunggal melalui kudeta tak berdarah pada 1799. Ia kemudian mengamandemen konstitusi 3 tahun kemudian dan mengangkat dirinya sendiri sebagai Konsul Pertama Seumur Hidup.

Bonaparte tidak dikaitkan dengan kebebasan individu, seperti yang dicontohkan oleh penerapan kembali perbudakan. Harus diakui, serangan militer Napoleon memakan banyak korban. Jumlah total korban sipil dan militer yang dikaitkan dengan Bonaparte bervariasi. Sejarawan Prancis Hippolyte Taine memperkirakan 1,7 juta kematian. Sedangkan sejarawan lain memperkirakan angkanya 600.000. Jumlah yang fantastis itu membuat Napoleon tak layak dipuji sebagai pahlawan dalam sejarah dunia.