News

Drone Kamikaze Jadi Andalan Rusia, Ternyata Indonesia Juga Mampu Membuatnya

Drone kamikaze tengah naik daun setelah Rusia menggunakan persenjataan ini untuk menyerang Ukraina. Drone yang dikenal sebagai drone bunuh diri ini ternyata juga mampu diproduksi anak bangsa.

Drone telah memainkan peran penting dalam konflik sejak Rusia meluncurkan invasi skala penuh ke Ukraina pada akhir Februari. Penggunaannya telah meningkat sejak Moskow memperoleh drone baru dari Iran selama musim panas.

Ratusan kota di Ukraina padam setelah serangan Rusia terhadap infrastruktur penting yang dilakukan drone kamikaze. Pesawat tak berawak ini menjadi andalan Rusia memporakprorandakan kawasan Ukraina. Kiev mengatakan Moskow telah menggunakan drone kamikaze yang dipasok Iran dalam serangan terhadap Kiev, Vinnytsia, Odesa, Zaporizhzhia dan kota-kota lain di seluruh Ukraina dalam beberapa pekan terakhir.

Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy telah memperingatkan bahwa Rusia telah membeli 2.400 lebih drone Iran, yang semakin meningkatkan momok serangan massal.

Buatan Indonesia

Indonesia ternyata juga mampu memproduksi drone yang dikenal sebagai bom bunuh diri atau drone kamikaze ini. PT Dahana berhasil membuat senjata penghancur berteknologi tinggi yang dapat dikendalikan secara otomatis.

Drone canggih yang bernama Rajata ini merupakan teknologi baru dan pertama di Asia Tenggara yang dapat dibekali warhead asap maupun warhead live atau bahan peledak. Teknologi yang dimiliki Rajata memungkinkan personel yang menggunakannya dapat menghancurkan target tanpa diketahui musuh.

Direktur Teknologi dan Pengembangan PT Dahana, Suhendra Yusuf RPN menyebut bahwa Rajata dapat menjadi salah satu alternatif solusi penggunaan rudal karena nilainya yang lebih ekonomis. :Juga memiliki tingkat akurasi yang jauh lebih tinggi dibandingkan dengan roket,” katanya.

Drone tersebut berpotensi untuk digunakan di seluruh matra pertahanan TNI, seperti penggunaan oleh pleton matra darat di setiap perbatasan Indonesia, pada kapal laut milik TNI AL, ataupun pada pesawat TNI AU sebagai senjata. Rajata nantinya akan bersaing dengan pesawat tanpa awak lain, seperti Kalashnikov milik Rusia, Warmate Polandia, Switchblade AS, dan Hero-30 Israel.

Rajata punya jarak jangkau maksimum 30 km, dengan jarak jangkau efektif 10-15 km, dengan endurance kurang lebih 15 menit di udara. Rajata dilengkapi servo atau motor listrik dengan sumber tenaga baterai. Kecepatan Rajata saat diluncurkan mencapai 150 km/jam, dan kecepatan maksimum 200 km per jam dengan kecepatan awal didapatkan dari launcher, tanpa booster.

Rajata dilengkapi kamera untuk mengetahui sasaran, kemudian ada sensor kecepatan, GPS, serta sistem kendali otomatis. Rajata punya material composite fiber punya berat hulu ledak 800 gram, sementara berat totalnya kurang lebih 2,5 kg, dan panjang 994 mm dan lebar bentang sayap 920 mm.

Bersaing dengan drone dunia

Istilah drone kamikaze atau drone ‘bunuh diri’ adalah jenis sistem senjata udara yang populer akhir-akhir ini. Nama drone tersebut berasal dari pilot kamikaze Jepang era Perang Dunia 2 yang ditakuti, yang melakukan serangan bunuh diri. Pilot ini dengan sengaja menabrakkan pesawat mereka yang berisi bahan peledak ke target musuh.

Benda ini dirancang untuk menyerang di belakang garis pertempuran untuk menghancurkan serangan musuh. Jenis drone ini tidak seperti drone militer tradisional yang memiliki ukuran lebih besar dan lebih cepat namun harus kembali ke ‘rumah’ setelah menjatuhkan rudal. Nama ‘kamikaze’ mengacu pada fakta bahwa drone dapat dibuang.

Drone jenis ini bakal terus digunakan mengingat meskipun hanya sejumlah kecil dari kawanan drone yang berhasil melewati sistem pertahanan, namun efektif menghantam targetnya. Bahkan tanpa mencapai targetnya, kehadiran reguler drone-drone ini di kota-kota Ukraina yang jauh dari garis depan menghadirkan tekanan psikologis di kota-kota ini sekaligus menabur teror di antara penduduk.

Drone kamikaze buatan AS mungkin yang paling canggih di kelas ini. Rusia, China, Israel, Iran, dan Turki semuanya memiliki beberapa versi. Drone kamikaze AS juga lebih murah daripada kebanyakan drone lain, dan tersedia dalam dua ukuran, menurut AeroVironment, produsennya.

Jenis pertama adalah Switchblade 300 yang lebih kecil memiliki berat sekitar 2,26 kilogram dan dapat terbang hingga 15 menit setiap kali. Ia dapat mencapai target hingga 9,6 kilometer dan bisa dibawa dalam ransel, menurut spesifikasi yang diberikan oleh perusahaan.

Sedangkan Switchblade 600 berukuran lebih besar dengan memiliki berat sekitar 22 kg. Drone ini dapat terbang hingga 40 menit sejauh 32 kilometer untuk mencapai targetnya. Switchblade 600 dikenal sebagai ‘rudal berkeliaran’ yang dapat melayang di sekitar area untuk beberapa waktu dan menargetkan kendaraan lapis baja. Kedua sistem dapat diatur dan diluncurkan dalam beberapa menit.

Pada bulan Mei, AS mengirim drone ‘hantu phoenix’ kepada militer Ukraina, yang diyakini mirip dengan Switchblade, meskipun sedikit yang diketahui tentang kemampuannya. Inggris juga telah memberi Ukraina amunisi jenis ini, termasuk 850 drone mikro Black Hornet yang diluncurkan dengan tangan.

Alustista lainnya

Indonesia menjadi negara yang disegani negara lain karena bisa membuat persenjataan pertahanannya sendiri. Selain drone Rajata, beberapa industri dalam negeri berhasil membuat alat utama sistem senajata (alutsista) buatan sendiri. Misalnya saja tank Harimau hasil kerja sama PT Pindad dengan perusahaan Turki yang disebut FNSS.

Tank yang sempat mendapat pujian dari China tersebut sangat cocok dengan kondisi geografis Indonesia. Kendaraan perang ini dilengkapi dengan two-man turret kaliber 105 mm serta senapan mesin kaliber 7,62 mm untuk daya gempur maksimum. Para kurun waktu 2020-2023, tank ini bahkan telah dipesan hingga 18 unit dengan nilai transaksi senilai US$135 juta atau sekitar Rp2,1 triliun.

Selain itu, ada juga karya anak bangsa lainnya yang melengkapi jajaran alutsista nasional yakni Panser Anoa 6×6 buatan PT Pindad. Alutsista ini pernah dibeli Brunei Darussalam, Bangladesh, Irak, Nepal, Pakistan, dan Timor Leste. Ada juga pesawat CN235-220. Senegal pernah membeli pesawat CN235-220 senilai Rp345 miliar dari Indonesia.

Indonesia juga berhasil membuat senapan SPR 2, SPR 3, SPR 4 yang menjadi andalan dari TNI AU untuk menjaga wilayah udara NKRI. Dengan kualitasnya, tiga jenis senjata buatan PT Pindad ini juga diminati asing, salah satunya Laos.

Karya lainnya adalah peluru berkaliber 5,56 mm. AS memesan satu juta peluru dengan nilai transaksi mencapai US$200 ribu atau sekitar Rp3,1 miliar. Selain AS, negara seperti Singapura, Bangladesh dan Filipina juga membeli peluru yang sudah berstandar NATO ini.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button