Market

Dolar AS Semakin Mahal Bikin Industri Mamin Kehilangan Cuan Signifikan


Nilai tukar rupiah semakin ‘ndelosor‘ ke level Rp16.400-an per dolar AS. Kondisi ini membuat beban industri makanan dan minuman (mamin) semakin berat.

Ketua Umum Gabungan Pengusaha Makanan Minuman Seluruh Indonesia (GAPMMI), Adhi Lukman menjelaskan, kondisi ini membuat industri mamin kehilangan cuan yang signifikan.

Wajar jika laba industri mamin tergerus gara-gara bahan baku impor menjadi mahal harganya. Termasuk bahan baku tambahan impor, misalnya kedelai, susu, garam, jagung food grade, dan gula serta bahan lainnya.

“Sudah rupiah melemah, biaya pengapalan luar negeri naik 3-4 kali lipat. Di sisi lain ekspor juga semakin kompetitif di mana dengan ini buyer tertekan sehingga minta harga yang lebih baik,” kata Adhi, Jakarta, Selasa, (18/6/2024).

Ia menyerukan untuk pemerintah perlu antisipasi dengan mengintervensi permasalahan pelemahan dolar AS terhadap rupiah.

Adapun aturan Devisa Hasil Ekspor (DHE) perlu direvisi karena itu menjadi beban bagi industri dan pemerintah perlu memikirkan insentif ekspor agar semakin membantu devisa.

Untuk industri, Gapmmi bilang untuk antisipasi dengan efisiensi bahan baku serta menari alternatif dengan sumberdaya lokal atau negara alternatif impor bahan baku. Lebih lanjut, perlu adanya penguatan produksi di hulu agar ketergantungan bahan baku impor semakin kecil.

“Kenaikan harga kan memang tergantung masing-masing industri, tapi yang jelas HPP naik dan menggerus laba. Jikalau harga dinaikkan pun tidak akan bisa sebesar kenaikan biaya karena mengingat daya beli konsumen akan semakin menurun,” imbuhnya.

Gapmmi juga bilang, idealnya nilai tukar rupiah terhadap dolar AS, stabil dan seharusnya pemerintah bisa intervensi agar tetap di kisaran maksimal Rp16 ribu per dolar AS.  

 

Back to top button