Market

DMO Minyak Sawit Naik Jadi 30%, Pengamat: Bukan Solusi Paceklik Minyak Goreng

Kementerian Perdagangan (Kemendag) menaikkan kewajiban pasokan minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) untuk industri dalam negeri, atau Domestic Market Obligation (DMO) dari 20% menjadi 30%. Bukan solusi paceklik minyak goreng.

Ekonom dari Institute for Development of Economics and Finance (IINDEF), Rusli Abdullah mengatakan, peningkatan DMO perlu dipertimbangkan lagi. Menurutnya, aturan DMO sebesar 20% saja, sebenarnya sudah cukup. Yang seharusnya menjadi fokus Kemendag adalah memastikan aturan DMO benar-benar dijalankan. Dalam aritnya, pasokan CPO ke pabrik minyak goreng di dalam negeri benar-benar konkrit. “Tapi kenapa pasokan ditambah 30% lebih kepada menjadi semacam bumerang bagi pemerintah. Memastikan yang 20% masuk pabrik minyak goreng, bagaimana distribusinya dan ini bukan hanya Kemendag, tapi satgas pangan juga,” papar Rusli, Jakarta, Jumat (11/3/2022).

Masih kata Rusli, apabila pengawasan Kemendag lemah, besaran DMO dinaikkan hingga berapapun tidak akan ada dampaknya. Untuk itu, Kemendag perlu duduk bersama dengan Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI) serta distributor minyak goreng. “Kalau perlu libatkan Bulog bagaimana kelancaran distribusi dan lainnya,” ungkapnya.

Menurutnya Kemendag harus membuktikan apakah DMO CPO sudah benar-benar masuk ke pabrik, jika tidak seluruhnya masuk, maka bagaimana mengejar sisanya perlu diupayakan. “Jangan cuma 20% di atas kertas, demikian bagaimana pastikan masuk ke pabrik migor. Dengan cara ini jangan Kemendag saja, tapi duduk bareng dengan pengusaha. Jadi gak bisa bekerja sendiri,” tuturnya.

Apabila pengalokasian DMO tidak optimal, menurut Rusli, kelangkaan minyak goreng akan tetap terjadi. Apalagi menjelang Bulan Ramadan, permintaan mengalami kenaikan. “Kalau seandainya dibutuhkan tambahan dana, misal ada kendala pengalokasian sampai ke pabrik migor dan distribusi kurang bagus dan butuh tambahan dana bisa dari dana sawit,” ungkapnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button