Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) berkomitmen untuk tetap melanjutkan program modernisasi prediksi cuaca berbasis kecerdasan buatan (AI) dan big data, meskipun dihadapkan pada pemotongan anggaran yang drastis untuk tahun 2026.
Kepala BMKG, Dwikorita Karnawati, mengungkapkan bahwa pagu indikatif anggaran untuk pengelolaan big data dan pengembangan database pada 2026 turun tajam menjadi hanya Rp1,1 miliar dari alokasi tahun 2025 sebesar Rp168,5 miliar.
Hal tersebut diungkapkannya dalam rapat dengar pendapat bersama Komisi V DPR RI di Gedung Parlemen, Jakarta, Senin (7/7/2025).
“Data yang akurat dan cepat adalah kunci agar mitigasi bencana berjalan lebih efektif,” kata Dwikorita.
Ia menegaskan, meskipun dengan keterbatasan anggaran, BMKG akan berupaya menjaga service level agreement (SLA) di angka 97 persen, yang berarti toleransi kesalahan dalam prediksi maksimal hanya 3 persen.
Menurut Dwikorita, inovasi dan transformasi digital ini sangat penting untuk mendukung sistem peringatan dini, terutama terkait cuaca ekstrem dan potensi gempa bumi yang berdampak langsung pada keselamatan publik. Modernisasi sistem ini juga krusial untuk membantu petugas di lapangan serta operator transportasi laut dan udara dalam mengambil keputusan yang lebih cepat dan akurat.
“Harapannya, layanan ini tetap terjaga demi keselamatan dan kesejahteraan masyarakat luas,” ujarnya.
Untuk mengatasi kendala anggaran, Dwikorita menyatakan bahwa pihaknya terus berkoordinasi dengan Kementerian Keuangan dan Kementerian PPN/Bappenas untuk mengusulkan tambahan anggaran agar program transformasi digital tersebut dapat tetap berjalan optimal.