News

Deputi II BNPT Ajak Masyarakat Bumikan Pancasila Sejak Dini

Deputi II Badan Nasional Penanggulangan Terorisme (BNPT), Irjen Pol Ibnu Suhaendra mendorong perinagatan 1 Juni menjadi momen meningkatkan nasionalisme dalam semangat Pancasila.

“Pada 1 Juni 2022 kita peringati hari lahir Pancasila. Ayo kita gelorakan semangat jiwa Pancasila,” kata Irjen Pol Ibnu, Jakarta, Rabu (1/6/2022).

Untuk mengisi semangat nasionalisme, Jenderal Polisi bintang dua ini, mengingatkan bahwa salah satu ancaman bagi eksistensi Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI) adalah invasi ideologi asing, yang digerakkan oleh sekelompok masyarakat. Salah satunya Khilafah.

Menurutnya, khilafah adalah sebuah ideologi dan sistem pemerintahan yang bertentangan dengan ideologi yang selama ini sudah eksis dan dipegang teguh Indonesia. Ketika ada ideologi khilafah yang mencoba mengganti Pancasila dan sistem pemerintahan, maka seluruh elemen masyarakat harus menolaknya.

“Perlunya penegasan, bahwa ideologi khilafah yang diusung Khilafatul Muslimin, HTI, NII dan lain-lain bertentangan dengan Pancasila dan UUD 1945,” ujarnya.

Meski kelompok-kelompok pengusung ide khilafah cenderung tidak menggunakan kekerasan dalam menjalankan misi dan propagandanya, Irjen Pol Ibnu mengingatkan bahwa gerakan mereka bisa menjadi bom waktu jika tidak dilakukan antisipasi lebih dini.

“Memang mereka bergerak dengan dakwah tanpa kekerasan, namun gerakan dan dakwah yang disampaikan tujuannya masuk wilayah politik yang mengancam kedaulatan politik negara,” tuturnya.

Selanjutnya, Irjen Pol Ibnu juga mengimbau agar ada upaya untuk melakukan revitalisasi Pancasila kepada masyarakat Indonesia yang telah terkontaminasi dengan ideologi dan propaganda Khilafah tersebut.

“Mengembalikan Pancasila sebagai ideologi negara, serta mengembangkan Pancasila sebagai ideologi dan menjadi Pancasila sebagai ilmu,” ucapnya.

Selain itu, eksistensi Pancasila juga harus ditanamkan di seluruh akses publik, baik regulasi maupun kehidupan sosial, politik dan budaya yang berjalan.

“Mengusahakan Pancasila mempunyai konsistensi dengan produk-produk perundang-undangan, koherensi antarsila, dan korespondensi dengan realitas sosial,” sambungnya.

Kemudian, Pancasila juga tidak boleh hanya berpihak pada kepentingan kelompok tertentu, termasuk hanya sekedar menjaga kepentingan negara, melainkan menjaga kepentingan semua pihak yang menjadi entitas keindonesiaan.

“Pancasila yang semula hanya melayani kepentingan vertikal (negara) menjadi Pancasila yang melayani kepentingan horizontal,” tutur Irjen Pol Ibnu lagi.

Lulusan Akpol 1993 tersebut mengatakan bahwa Pancasila juga bisa menjadi sebuah kontrol kebijakan negara dan kehidupan masyarakatnya.

“Menjadikan Pancasila sebagai kritik kebijakan negara dan mengamalkan nilai-nilai Pancasila melalui proses pendidikan dan pembudayaan,” tambahnya.

Lebih lanjut, Irjen Pol Ibnu mengajak seluruh elemen bangsa Indonesia dan semua stakeholder yang ada, untuk terus membumikan Pancasila sebagai ideologi dan falsafah berbangsa dan bernegara di Indonesia, bahkan mulai dari tingkatan yang sangat dasar.

“Upaya pembumian Pancasila juga perlu diupayakan mulai tingkatan sekolah, baik umum maupun lembaga pendidikan keagamaan hingga di tengah masyarakat,” tandasnya.

Terakhir, Irjen Pol Ibnu juga mengatakan bahwa Pancasila bisa menjadi alat untuk meningkatkan peran serta dan peran aktif seluruh komponen anak bangsa untuk saling menjaga dan menguatkan dari berbagai ideologi dan paham yang tidak sejalan dengan nafas NKRI.

“Meningkatkan dan mengoptimalkan peran Pemerintah, TNI, Polri, tokoh masyarakat dan tokoh agama dalam melakukan kegiatan kebangsaan dan cinta Pancasila, serta memperkuat strategi media dalam menghadapi serangan radikalisme melalui cyberspace,” pungkasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button