Thursday, 04 July 2024

Daya Beli Anjlok, Puluhan Perusahaan Garmen dan Tekstil Terancam Tutup

Daya Beli Anjlok, Puluhan Perusahaan Garmen dan Tekstil Terancam Tutup


Nasib industri garmen, tekstil dan alas kaki benar-benar di ujung tanduk. Permintaan anjlok dampak rendahnya daya beli masyarakat. Pilihan pahit harus mereka tempuh.

Direktur Utama BPJS Ketenagakerjaan, Anggoro Eko Cahyo mengatakan, sebanyak 28 perusahaan garmen, tekstil dan alas kaki, terpaksa mengurangi jam dan hari kerja. Hal itu diketahui dari komunikasi BPJS Ketenagakerjaan dengan 57 perusahaan garmen, tekstil, dan alas kaki.

Ada tiga poin yang dibicarakan, lanjut Anggoro, terkait kondisi perusahaan, permasalahan serta solusinya. Diketahui, separuh dari 57 perusahaan tadi, mengeluhkan lesunya pesanan.

“Paling tidak 53 persen dari perusahaan mengalami penurunan pesanan. Sehingga, dampaknya pengurangan jam kerja dan hari kerja. Jadi dampaknya efisiensi. Lebih dari separuh menyampaikan hal tersebut,” jelas Anggoro dalam rapat dengan Komisi IX DPR , Jakarta, Selasa (2/7/2024).

Anggoro menyampaikan, sebesar 43 persen dari 57 perusahaan garmen, tekstil dan alas kaki, mengalami peningkatan pesanan. Sementara 4,17 persen lainnya masih dalam pemulihan pascapandemi COVID-19.

Sebanyak 57 perusahaan tadi, lanjut Anggoro, mengharapkan adanya kebijakan dari pemerintah yang mendukung masalah ini. Agar industri ini tetap bisa bertahan di masa depan. “Hasil yang kami gali sebagai mitra, mereka punya lima aspirasi. Mereka menyampaikan untuk bisa survive,” ucap Anggoro.

Kelima aspirasi yang diinginkan industri garmen, tekstil dan alas kaki, terkait kemudahan perizinan bagi investor agar tidak kalah saing dengan negara lainnya. Kedua, penyerapan upah minimum yang tidak membebani finansial perusahaan.

“Ketiga, ketersediaan bahan baku dalam negeri yang mudah dan murah. Keempat, peningkatan dan pelatihan kemampuan pekerja. Kelima, insentif pajak,” paparnya.