Market

Cuan Indonesia dari Invasi Rusia ke Ukraina

Invasi Rusia terhadap tetangganya Ukraina, yang hingga saat ini belum ada tanda-tanda akan berhenti, ternyata ikut menguntungkan bagi Indonesia. Memang tabu mengungkap keuntungan dari penderitaan orang lain dalam hal ini rakyat Ukraina karena perang, tapi ada cuan alias keuntungan yang diperoleh Indonesia gegara konflik tersebut.

Rusia menyerbu Ukraina sejak 24 Februari 2022 dan sampai kini masih terjadi. Malah memasuki babak kedua setelah Rusia mulai menggencarkan serangan di Ukraina timur dimulai dari Donbas. Sebelumnya pasukan Rusia gencar menyerang sekitar Kiev dan merebut Mariupol.

Lamanya perang ini mengakibatkan perekonomian, tidak hanya di kawasan tetangga Rusia dan Ukraina, tetapi juga berpengaruh ke Eropa, Amerika dan Asia, serta hampir ke seluruh dunia.

Bisnis yang terkait dengan Rusia mulai terseok, mata uang banyak negara mulai melemah hingga peningkatan harga berbagai komoditasi dari mulai energi, hasil tambang hingga pangan. Seperti naiknya harga emas, perak, aluminium, dan nikel di sektor nikel. Juga batubara, crude palm oil (CPO) dan turunannya serta komoditas lainnya.

Sementara Indonesia dikenal sebagai negara penghasil komoditas-komoditas tersebut. Sehingga bisa menjadi keuntungan jika Indonesia bisa mengoptimalkan peluang ini yang tentu akan sangat membantu perekonomian.

Selain itu, kita tahu bahwa Rusia merupakan produsen minyak terbesar ketiga dunia dengan tingkat produksi mencapai 12 persen suplai minyak global dan produsen gas terbesar kedua dengan kontribusi mencapai 17 persen dari suplai gas global. Sedangkan Ukraina merupakan lumbung gandum global dengan kontribusi mencapai 25 persen suplai gandum dunia.

Adu senjata yang terus terjadi antarkedua negara ini telah mendorong kenaikan harga beberapa komoditas tersebut di pasar dunia. Pada akhirnya, efek substitusi mendorong lonjakan permintaan komoditas energi lainnya, seperti batu bara dan minyak kelapa sawit, serta berbagai komoditas pertanian seperti jagung dan kedelai.

Terasa Pengaruhnya pada Perekonomian

Efek positif perang Rusia-Ukraina ini sudah mulai terasa terhadap perekonomian nasional. Menteri Keuangan Sri Mulyani mengakui terjadinya peningkatan harga sejumlah komoditas akibat perang tersebut ikut menambah penerimaan negara hingga Rp420,1 triliun. Secara keseluruhan pendapatan negara pada tahun ini akan mencapai Rp2.266,2 triliun atau naik dari target yang telah ditetapkan sebelumnya Rp1.846,1 triliun.

“Tambahan pendapatan negara tersebut berasal dari penerimaan pajak Rp274 triliun dan penerimaan negara bukan pajak Rp146,1 triliun,” kata Sri Mulyani dalam Rapat Kerja dengan Badan Anggaran DPR RI, di pekan lalu.

Tambahan penerimaan Rp420,1 triliun akan digunakan untuk mengurangi defisit, menambah subsidi, menambah anggaran perlindungan sosial, hingga meningkatkan anggaran pendidikan.

Data Badan Pusat Statistik (BPS) juga menunjukkan Indonesia kembali mencatatkan surplus neraca perdagangan pada April 2022, yakni sebesar US$7,56 miliar. Apabila dibandingkan dengan bulan sebelumnya, surplus neraca perdagangan pada April naik 66,9 persen.

Surplus neraca perdagangan itu diperoleh dari nilai ekspor yang lebih tinggi dibandingkan nilai impor pada periode tersebut. BPS mencatat nilai ekspor pada April 2022 sebesar US$27,32 miliar, sedangkan nilai impor mencapai US$19,76 miliar.

Sementara itu, surplus April 2022 merupakan rekor tertinggi yang berhasil melampaui bulan Oktober 2021 dengan nilai sebesar US$5,74 miliar. Bahkan, nilai ekspor bulan keempat itu juga menjadi capaian tertinggi sepanjang masa, yang sebelumnya tercipta pada Maret 2022 sebesar US$26,5 miliar.

Kenaikan nilai ekspor ini diuntungkan dari sisi geopolitik Indonesia. Dengan adanya larangan ekspor-impor berbagai negara ke Rusia, menyebabkan banyak negara yang mengalihkan impor barang-barang sejenis dari Indonesia.

Potensi Kerugian Perang

Namun demikian, sebenarnya kerugian juga banyak diterima negara-negara terhadap perang Rusia-Ukraina ini. Misalnya saja penurunan nilai tukar rupiah seperti yang juga terjadi di negara-negara lain. Pasar modal otomatis juga akan mengikuti tren yang dialami oleh nilai tukar rupiah terhadap dolar AS dan isu global yang sedang terjadi.

Selain itu, kenaikan harga minyak bisa terus terjadi dan berdampak terhadap APBN. Ingat, setiap peningkatan US$1 per barel akan memberi beban APBN sebanyak Rp2,5 triliun lebih, untuk minyak tanah sekitar Rp50 miliar, sedangkan untuk LPG sebesar Rp1,5 triliun.

Dampak buruk lainnya adalah impor komoditas gandum yang terganggu. Ukraina berada di urutan pertama sebagai pengimpor gandum di Indonesia dengan kontribusi lebih dari 20 persen stok gandum di Tanah Air.

Kita tahu bahwa perang, siapa pun pelakunya, lebih banyak merugikan. Akan banyak korban jiwa, merugikan secara materi dan kehilangan peluang untuk berkembang. Sehingga meski Indonesia mendapatkan keuntungan dari perang Rusia-Ukraina dari sisi ekonomi, tentu akan lebih senang jika perang tidak terjadi atau tidak berlanjut. Apalagi Indonesia sangat menjunjung tinggi perdamaian dunia.

Apalah artinya kebahagian di atas penderitaan orang lain, demikian kata orang bijak. [ikh]

Back to top button