Kanal

Citayam Viral, Sudah Sohor Sejak Zaman Baheula

Nama Citayam akhir-akhir menjadi buah bibir setelah maraknya Citayam Fashion Week di Kawasan Sudirman, Jakarta, ulah muda-mudi asal perbatasan Kabupaten Bogor dan Depok ini. Sejarah mencatat nama Citayam sudah sohor sejak zaman baheula.

Bagi orang tua zaman dulu, nama Citayam sudah banyak dikenal terutama warga di wilayah Jakarta, Bogor, Depok, Tangerang, dan Bekasi. Namun, bagi kalangan muda mungkin penasaran dengan tempat asal para remaja ini. Sebenarnya kampung Citayam sudah banyak dikenal dalam sejarah. Tapi kini lebih viral lagi setelah wilayah ini kerap menjadi trending topic di media sosial.

Beberapa orang menganggap bahwa Citayam berada di wilayah Depok. Namun, tak sedikit pula yang menganggap daerah ini berada di Kabupaten Bogor. Citayam memang terletak di perbatasan Kota Depok dan Kabupaten Bogor, Jawa Barat.

Secara administrasi, Citayam merupakan salah satu desa di Kecamatan Tajurhalang, Kabupaten Bogor, Jawa Barat. Citayam berbatasan dengan Kelurahan Duren Seribu, Kecamatan Bojongsari, Kota Depok di sebelah utara. Di sebelah selatan, desa ini berbatasan dengan Desa Sasakpanjang, yang masih dalam satu wilayah kecamatan.

Sebelah timur, Citayam berbatasan dengan Desa Ragajaya, Kecamatan Bojonggede, Kabupaten Bogor. Sementara di sebelah barat, Citayam berbatasan langsung dengan Desa Pamegarsari, Kecamatan Parung, Kabupaten Bogor.

Asal Mula Citayam

Belum jelas asal kata yang pasti dari Citayam. Ada yang mengartikan berasal dari dari Bahasa Sunda yakni peuncit (sembelih) dan hayam (ayam) atau penyembelihan ayam. Ada juga yang mengartikan dari kata Ci atau air dan Ayam atau sungai ayam.

Zaman dahulu, orang mengenal Citayam sebagai kawasan setu atau danau di Pondok Terong Depok. Mengutip poestahadepok.blogspot.com, berdasarkan peta ‘Tjipajoeng: herzien in de jaren 1899-1900’ yang diterbitkan oleh Topographisch Bureau pada tahun 1901, area setu ini disebutkan sebagai wilayah yang masuk Residentie Batavia, Afdeeling Buitenzorg, District Paroeng.

Setu Citayam semakin dikenal kala itu karena di wilayah sekitar setu terdapat tanah partikelir (disebut Land Tjitajam) yang dimiliki oleh tuan tanah. Tanah partikelir ini digunakan untuk usaha perkebunan. Wilayah pengusahaan tuan tanah ini meliputi lahan-lahan yang berada di Ratu Jaya, Pondok Terong, Pondok Jaya, Cipayung, dan Cipayung Jaya yang menjadi bagian dari Kecamatan Cipayung pada masa ini.

Dalam perkembangannya, nama Citayam menjadi lebih menonjol seiring dengan dibangunnya sebuah stasiun kereta api yang diberi nama Stasiun Tjitajam. Letak stasiun ini tepat berada di sisi timur Setu Citayam. Hasil-hasil perkebunan dari perkebunan Citayam dibawa melalui jalan pos polisi dan pasar Citayam yang sekarang menuju Stasiun Citayam.

Tidak diketahui secara pasti kapan Stasiun Citayam dibangun, namun berdasarkan jadwal kereta yang dikeluarkan NISM (Nederland Indische Spoorweg Maatschappij), terdapat empat kereta api yang singgah di sana pada Jumat, 31 Januari 1873.

Kemudian dibuat alternatif melalui setu yang kini disebut Jalan Pos (kereta api) Citayam. Perempatan yang terbentuk karena pembuatan jalan alternatif tersebut di sekitar Setu Citayam ini kemudian sering disebut sebagai simpang (perempatan) Hek. Dengan demikian, ini berarti nama Citayam merujuk pada sebuah setu, sebuah area tanah partikelir (landhuis) dan sebuah stasiun kereta api.

Nama Citayam makin dikenal luas karena area ini sering disebut seorang ahli botani terkenal bernama Cornelis Gijsbert Gerrit Jan van Steenis yang pernah dua kali mengunjungi area Citayam ini (1929 dan 1932). Akan tetapi tidak diketahui persis mengapa area Setu Citayam menjadi perhatian ahli botani tersebut.

Yang jelas adalah bahwa wilayah Citayam khususnya di area Setu Citayam sudah sejak lama menjadi lokasi kebun percobaan Departemen Pertanian. Lokasi kebun percobaan ini berada di sisi timur Setu Citayam. Sejak 2008 di dalam area kebun percobaan Citayam ini sudah didirikan gedung ‘megah’ Balai Pengujian Mutu ‘Alsintan’ Kementerian Pertanian.

Era Kemerdekaan

Di zaman kemerdekaan, nama Citayam juga pernah berkibar. Pada 16 Juni 1946, Depok mendapat invasi besar-besaran dari Belanda dibantu Inggris dan sekutunya. Di Citayam, salah satu pahlawan kemerdekaan yang namanya diabadikan pada salah satu jalan di Kota Depok, Tole Iskandar, pernah terlibat pertempuran dengan pasukan Gurkha.

Pria yang lahir di Gang Kembang, Ratu Jaya, Depok, tersebut pertama kali membentuk kelompok 21 pada September 1945 di sebuah rumah di Jalan Citayam (sekarang Jalan Kartini). Mereka hanya memiliki empat pucuk senjata peninggalan tentara Jepang untuk melawan Belanda. Tole berikut tujuh bekas anggota Heiho dan 13 anggota Pemuda Islam Depok mengadakan rapat dan diputuskan membentuk barisan keamanan untuk wilayah Depok.

Mengutip Wikipedia, Tole Iskandar akhirnya terpilih menjadi komandan. Merekalah cikal bakal perjuangan di Depok. Ide pembentukan barisan keamanan muncul karena sehabis kemerdekaan situasi di sana tidak menentu. Semua hal berbau Belanda dan tidak mau memasang bendera Merah Putih dianggap musuh.

Buntutnya, pecah insiden di Jalan Pemuda. Masyarakat kampung merebut semua harta melalui peristiwa Gedoran Depok. Mereka menawan para keturunan Belanda-Depok ke Bogor. Belanda-Depok merupakan mantan pekerja Cornelis Chastelein. Mereka mendapatkan jatah harta warisan Cornelis berupa tanah untuk dikelola.

Bersama dengan rekan-rekannya yang tergabung dalam Laskar Rakjat Depok (kelompok 21), Tole kemudian melebur ke dalam Batalion I Depok. Tole Iskandar yang saat itu masih berusia 25 tahun dengan pangkat Letnan Dua akhirnya gugur di daerah perkebunan (Onderneming) Cikasintu, Sukabumi.

Citayam kini banyak berdiri perumahan dan menjadi alternatif tempat tinggal bagi warga Ibu Kota. Hal ini mengingat lokasinya yang strategis dan mudah dijangkau melalui KRL dari Jakarta. Keberadaan stasiun kereta ini juga menjadikan warga seperti anak-anak muda Citayam pergi ke Jakarta untuk sekadar berjalan-jalan atau mengikuti Citayam Fashion Week. Tempat ini juga makin modern seperti layaknya kota dengan kelengkapan fasilitas bagi warganya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button