Sunday, 03 November 2024

Celios: Kelas Menengah Kena PHK Terpaksa Jadi Ojol atau Buka Warung

Celios: Kelas Menengah Kena PHK Terpaksa Jadi Ojol atau Buka Warung


Direktur Eksekutif Center of Economic and Law Studies (Celios), Bhima Yudhistira mengatakan, pengeluaran kelas menengah terbanyak untuk makan. Porsinya mencapai 41,67 persen dari pengeluaran.

“Selanjutnya pengeluaran terbesar untuk perumahan sebesar 28,5 persen dan 0,38 persen untuk hiburan,” kata Bhima, Jakarta, dikutip Sabtu (5/10/2024).

Pengeluaran kelas menengah ke atas, kata Bhima, berada di kisaran Rp1,9 juta sampai Rp 9,3 juta per bulan/orang. Sementara kelas menengah bawah, pengeluarannya Rp825 ribu hingga Rp1,9 juta, dan kelas rentan miskin Rp550 ribu sampai Rp825 ribu per bulan/orang.

Menurunnya jumlah kelas menengah, lanjut Bhima, diperparah dengan maraknya pemutusan hubungan kerja (PHK) di berbagai sektor.

“Industri manufakturnya kan loyo, banyak PHK. Sementara kelas menengah yang umurnya di atas 35 tahun, begitu kena PHK, ditampung sementara oleh pekerjaan informal seperti buka warung kelontong, ojol hingga kurir yang pendapatan bulanan tidak pasti,” ungkap dia.

Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), dalam sepuluh tahun terakhir dari 2014 sampai 2024, proporsi pengeluaran untuk makanan meningkat cukup signifikan. Untuk kelas menengah sendiri proporsinya tahun ini 41,67%.

Sementara proporsi pengeluaran untuk hiburan menurun menjadi 28,52 persen pada 2024, dibandingkan 2014 proporsinya 34,36 persen. Kemudian pengeluaran untuk kendaraan juga turun dari 7,27 persen pada 2014, menjadi 3,99 persen pada 2024.

Jika dibandingkan dengan pengeluaran kelas atas, proporsi untuk makanan dan kendaraan hampir setara. Misalnya, pengeluaran makanan pada tahun ini, hanya 26,24 persen dan untuk kendaraan 15,29 persen.

Pengeluaran untuk pakaian juga meningkat cukup signifikan, dari 2014 yang tercatat 8,44 persen, dan tahun ini menjadi 18,54 persen.

Peningkatan lainnya adalah pengeluaran untuk barang/jasa lainnya dari 4,74 persen pada 2014, menjadi 11,26 persen pada 2024.

 

Iwan Purwantono