Hangout

Cegah Kelahiran Anak Prematur

Anak yang lahir secara prematur memiliki risiko lebih tinggi lahir dengan masalah kesehatan serius dan jangka panjang. Urgensi pertumbuhan anak lahir prematur salah satunya adalah menerima perhatian dan stimulasi untuk perkembangan jangka panjang.

Menurut riset dari organisasi kesehatan dunia (WHO), 1 dari 10 anak lahir prematur. Setiap tahun diperkirakan 15 juta anak di seluruh dunia lahir sebelum waktunya (lebih dari 3 minggu sebelumnya). Di Indonesia, data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2019 menunjukkan bahwa 84 persen kematian pada anak yang baru lahir di Indonesia disebabkan oleh kelahiran prematur.

Mungkin anda suka

Semakin pendek masa kehamilan, semakin besar risiko kematian dan morbiditas. Selain si Kecil, Ibu juga perlu mendapatkan perhatian untuk memulihkan diri. Ibu yang melahirkan prematur memiliki kekhawatiran berlebih, stres, dan juga kelelahan karena si kecil harus diperhatikan lebih ekstra.

Hal ini perlu diimbangi dengan pemahaman mengenai tantangan dan penanganan kesehatan kelahiran prematur bagi Ibu dan si Kecil sebagai langkah intervensi tepat bagi keduanya untuk mendukung tumbuh kembang si Kecil agar optimal.

Dr. dr. Rima Irwinda, Sp.OG(K) Dokter Spesialis Obstetri dan Ginekologi Konsultan Fetomaternal menjelaskan bahwa hal utama yang harus dilakukan adalah memberikan edukasi untuk mendukung kehamilan yang sehat, konsultasi kepada ahlinya, dan menekankan pentingnya memahami faktor risiko kelahiran prematur.

“Riwayat kelahiran dapat meningkatkan risiko prematur bagi ibu yang memiliki riwayat abortus (1,9 kali lebih berisiko), riwayat persalinan prematur (3 kali lebih berisiko), dan riwayat persalinan sesar (2,9 kali lebih berisiko),” tambah dokter Rima, Jakarta, Rabu, (17/11/2021).

Selain itu, usia ibu melahirkan kurang dari 19 atau lebih dari 35 tahun, stress maternal yang dialami ibu, dan jumlah cairan ketuban yang tidak normal juga dapat meningkatkan risiko prematur.

“Salah satu upaya untuk menurunkan risiko kelahiran prematur dapat dilakukan dengan memperhatikan kebutuhan nutrisi melalui suplementasi Omega 3, Zinc, Vitamin D3, atau multi-mikronutrien,” ujarnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Mia Umi Kartikawati

Redaktur, traveller, penikmat senja, musik, film, a jurnalist, content creator enthusiast, food lovers, a mom who really love kids. Terus belajar untuk berbagi dan bersyukur dalam jalani hidup agar bisa mendapat berkah.
Back to top button