Hangout

Cara Merebus Mie Instan yang Aman, Tidak Boleh Pakai Air yang Sama

Saat memasak mie instan, sebagian orang banyak yang tidak mengganti air rebusan dengan yang baru untuk memasak mie berikutnya. Menurut dekan Fakultas Kedokteran Universitas Indonesia (FKUI) Prof. Dr. dr. Ari Fahrial Syam, SpPD-KGEH, MMB, FINASIM, FACP menyarankan untuk mengganti air dengan yang baru ketika memasak mie berikutnya.

“Menurut saya, memang sebaiknya, karena ini (mie instan) tadi sudah ada komponen-komponen yang sudah termasak, baiknya memang menggunakan air yang baru lagi ketika memasak mie yang berikutnya,” kata Ari kepada Inilah.com, Jakarta, Kamis (26/04/2023).

Mungkin anda suka

Dokter spesialis penyakit dalam konsultan gastroenterologi ini menegaskan ini hanyalah masalah teknik memasak. Menggunakan air rebusan yang sama untuk memasak mie boleh saja dilakukan, tetapi ia menganjurkan untuk mengganti air tersebut.

Lebih lanjut, ia juga menjelaskan bahwa penggantian air rebusan mie instan ini tidak perlu dilakukan saat kita memasak mie dalam jumlah yang banyak sekaligus.

“Kecuali pada waktu yang bersamaan kita langsung memasak tiga bungkus mie instan misalnya,” jelasnya.

Dokter yang melakukan prakteknya di Rumah Sakit Cipto Mangunkusumo (RSCM) itu juga menambahkan bahwa akan lebih baik jika untuk memasak mie instan berikutnya perlu mengganti air rebusan dengan yang baru.

“Tapi untuk kesempatan yang berikutnya memang sebaiknya kita menggunakan air yang baru,” tambahnya.

Mengutip dari AKG FKM UI, menurut Pratiwi et al (2017), air rebusan mie instan memiliki tampilan yang keruh karena kandungan pati (karbohidrat) yang terlarut. Untuk itu, mengganti air rebusan mie instan diduga untuk mengurangi larutan pati dari mie yang telah direbus dalam air tersebut.

Departemen Kesehatan Taipei Temukan Zat Pemicu Kanker di Indomie: Rasa Ayam Spesial

Departemen Kesehatan Taipei menemukan dua produk mie instan , satu adalah Merek Malaysia “Ah Lai White Curry Noodles”, sedangkan merek Indonesia adalah “Indomie: Rasa Ayam Spesial” yang dijual di Taipe, Taiwan, mengandung zat karsinogenik memicu kanker, membuat masyarakat geger.

Menurut Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) meminta Badan POM (BPOM) gerak cepat (gercep) dan harus melakukan audit serta investigasi atas penemuan tersebut.

Dengan adanya investigasi terhadap temuan tersebut, Ketua Pengurus Harian Tulus Abadi, bisa memastikan, mie instan yang terjual di Taiwan juga beredar di Indonesia dan mengandung cemaran etilen oksida atau tidak.

“Atau produk ekspor itu terjadi kontaminasi zat karsinogenik ketika diproduksi di Indonesia. Tapi BPOM harus pastikan, apakah ini ekspor saja atau beredar di Indonesia,” kata Tulus Abadi, Jakarta, Rabu (26/04/2023).

Masih menurut Tulus, jika hasil audit BPOM menyebutkan mie instan yang mengandung cemaran etilen oksidan tersebut tidak ada di Indonesia, BPOM juga harus memastikan produksi yang ada di dalam negeri aman dikonsomsi para konsumen.

Tulus menambahkan, hingga saat ini Codex Alimentarius Commission (CAC) yang berada di bawah WHO/FAO belum mengatur batas maksimal residu etilen oksida (EtO) dan 2-Kloroetanol (2-CE).

Pedoman yang diterbitkan organisasi tersebut pada tahun 2019 mengatakan apabila belum ada maksimum level dari suatu kontaminan, maka digunakan batas maksimum kontaminan sebesar 0,001 mg/kg atau 1 mikrogram/kg.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button