News

Capres KIB Diputus Musyawarah, Bukan Divoting

Calon presiden (capres) dari Koalisi Indonesia Bersatu (KIB) tidak ditentukan secara voting. Proses penentuan akan dilakukan secara musyawarah hingga menghasilkan keputusan bulat, bukan lonjong telur.

Waketum DPP Partai Amanat Nasional (PAN) Viva Yoga Mauladi menegaskan KIB bekerja secara kolektif-kolegial. Maka voting bukanlah opsi dalam menentukan sikap koalisi, termasuk dalam mengusung capres-cawapres.

“Tidak ada voting dalam penentuan pasangan calon presiden-calon wakil presiden di Pemilu Presiden (Pilpres) 2024. Semua akan diputuskan secara musyawarah mufakat, kolektif kolegial, bulat lingkaran, tidak lonjong telur,” kata Yoga, di Jakarta, Minggu (5/6/2022).

Menurutnya, Golkar, PAN dan PPP yang tergabung dalam koalisi berhak untuk mengusulkan kandidat capres untuk Pilpres 2024. Maka pembahasannya harus dilakukan secara musyawarah, kolektif-kolegial untuk menjaga soliditas dan kekompakan dalam setiap situasi termasuk penentuan paslon capres-cawapres.

“PAN mengusulkan Zulkifli Hasan sebagai figur untuk pilpres, Partai Golkar mengusung Airlangga dan PPP mengusung Suharso Monoarfo. Jika partai politik mencalonkan ketua umum sebagai kader terbaiknya, hal itu sangat wajar,” ujarnya.

Sekalipun begitu, penentuan paslon capres-cawapres di internal KIB harus melihat perkembangan dan dinamika politik. Sebab KIB tidak menutup nama-nama lain untuk diusung di luar tiga nama ketum parpol dalam koalisi.

“KIB juga telah membuka diri untuk figur di luar ketua umum di KIB. Ada Mas Ganjar (Ganjar Pranowo), Mbak Puan (Puan Maharani), Mas Anies (Anies Baswedan), Kang Emil (Ridwan Kamil), Khofifah (Khofifah Indar Parawansa), Sandi Uno (Sandiaga Uno),” ujar anggota DPR ini.

Yoga juga meminta agar Pemilu 2024 tidak lagi diisi dengan narasi destruktif. Politik identitas sudah saatnya diakhiri.

“PAN berharap dunia politik harus diisi dengan pertarungan ide, gagasan, dan pemikiran untuk kemajuan bangsa. Bukan mengeksploitasi perbedaan suku, agama, ras, dan golongan untuk memupuk politik identitas demi peningkatan elektoral,” kata Viva Yoga.

Back to top button