Thursday, 04 July 2024

BWF Evaluasi SOP Medis Usai Kematian Zhang Zhi Jie di BACJ 2024

BWF Evaluasi SOP Medis Usai Kematian Zhang Zhi Jie di BACJ 2024


Federasi Bulu Tangkis Dunia (BWF) berencana mengevaluasi standar operasional prosedur (SOP) medis di setiap pertandingan menyusul insiden meninggalnya pebulu tangkis China, Zhang Zhi Jie, saat bertanding di Kejuaraan Bulu Tangkis Asia Junior 2024 di Yogyakarta. Dalam keterangan resmi tertulisnya, BWF menyatakan bahwa kejadian tragis ini memerlukan tinjauan menyeluruh terhadap prosedur medis yang ada.

“Kematian Zhang di Kejuaraan Junior Asia di Yogyakarta, Indonesia pada 30 Juni adalah kejadian tragis, dan kami sedang mengambil semua langkah yang diperlukan untuk meninjau masalah ini secara menyeluruh dalam konsultasi dengan Badminton Asia dan Persatuan Bulu Tangkis Seluruh Indonesia (PBSI),” tulis BWF.

BWF menunggu laporan resmi dari Badminton Asia dan Panitia Lokal untuk menilai apakah prosedur medis yang tepat telah dijalankan saat Zhang jatuh di lapangan. Meskipun penanganan medis secara teknis diserahkan sepenuhnya kepada panitia kejuaraan setempat, BWF menekankan pentingnya kesiapan semua personel untuk merespons keadaan darurat dengan cepat.

“Dokter, di bawah arahan wasit, memiliki tanggung jawab untuk merespons keadaan darurat di lapangan, termasuk saat henti jantung. Dalam keadaan ini, dokter bisa melakukan intervensi dengan layanan medis yang tepat dan tersedia, termasuk penggunaan ambulans,” lanjut pernyataan BWF.

BWF juga menyatakan bahwa setelah tinjauan selesai, mereka akan menentukan apakah ada aspek tertentu dari pedoman yang perlu diubah. “Tinjauan ini mencakup kebijakan dan prosedur BWF mengenai intervensi darurat oleh dokter turnamen untuk memastikan perawatan yang paling tepat dan tepat waktu,” jelas BWF.

Sebelumnya, lambatnya pertolongan medis terhadap Zhang Zhi Jie menjadi sorotan setelah video yang beredar menunjukkan jeda waktu mulai dari Zhang kejang hingga tim medis masuk ke lapangan untuk memberikan pertolongan. Pelatih tim China bahkan berteriak panik sebelum tim medis akhirnya tiba.

Kepala Bidang Humas PBSI, Broto Happy, menjelaskan bahwa keterlambatan penanganan medis terjadi karena dokter harus menunggu instruksi dari wasit terlebih dahulu sebelum mengambil tindakan. 

“Yang pasti karena manajemen dalam sebuah pertandingan di tengah lapangan itu semuanya dikendalikan atau dikomando oleh wasit. Jadi kalau dilihat di video itu, wasit belum ada yang memanggil tim medis yang ada di lapangan,” kata Broto.