News

Bursah Zarnubi: Kita Doakan Eko Kuntadhi Kembali ke Jalan yang Lurus

Hiruk pikuk kasus pelecehan oleh bekas Ketua Umum Relawan Ganjarist Eko Kuntadhi terhadap Ning Imaz menarik perhatian aktivis senior Bursah Zarnubi. Walaupun sudah puluhan tahun tak berhubungan, mantan Ketua Umum Partai Bintang Reformasi (PBR) ini tetap menyatakan keprihatinannnya atas kasus yang menyita perhatian publik ini.

“Mungkin dia lagi kurang kerjaan. Kita doakan saja dia (Eko Kuntadhi) kembali ke jalan yang lurus,” ungkap Bursah Zarnubi saat dihubungi inilah.com, Kamis (15/9/2022)

Keterkaitan Bursah dengan Eko Kuntadhi terjadi tatkala Eko terdaftar sebagai bakal Caleg PBR pada Pemilu 2009 silam. Setelah itu tak ada komunikasi ataupun bersentuhan dalam hal lain. “Saya sekarang sibuk dengan organisasi saya, Perkumpulan Gerakan Kebangsaan. Kita fokus memikirkan bagaimana bangsa ini maju dan jadi besar, ”ujar Bursah pula.

Kendati begitu Bursah tetap mengingatkan, kelompok kelompok buzzer untuk lebih tertib dan bijak dalam bermedia sosial. “Jangan bikin gaduh terus. Capek melihat medsos yang isinya caci maki, fitnah dan tidak produktif,” kata Bursah.

Soal apakah kasus ini layak ditarik ke ranah hukum, Bursah mengatakan tergantung apakah ada masyarakat yang membuat laporan ke polisi atau tidak. Apalagi kedua pihak sudah saling memaafkan. “Kalau ada yang lapor polisi karena merasa agamanya dilecehkan, saya kira Polri wajib menindaklanjuti,” tukas Bursah.

Sebelumnya, Ketua Lembaga Kajian dan Pengembangan Sumberdaya Manusia (Lakpesdam) PWNU DKI Jakarta, Khalilurrahman menilai, apa yang dilakukan Eko Kuntadhi dapat dijerat pasal penghinaan agama.

“Penghinaan terhadap Ning Imaz jika hanya menyerang pribadi Ning Imaz merupakan suatu penghinaan pada seseorang. Namun, jika Eko Kuntadhi berniat menghina Alquran, maka bisa masuk pada penistaan kitab suci Alquran,” kata Khalilurrahman kepada inilah.com di Jakarta, Kamis (15/9/2022).

Lebih jauh Kiai Khalil menjelaskan, penghinaan terhadap Ning Imaz perlu disikapi secara bijaksana. “Perbedaan pendapat dalam menafsirkan suatu ayat merupakan hal yang lumrah di kalangan mufassirin,” ucapnya.

Dalam penafsiran suatu ayat, kata dia, kalau ada perbedaan pendapat di dalam penafsiran, tidak boleh menggunakan kata-kata yang kasar atau kata-kata yang kotor. “Melabeli sesorang dengan kata-kata tolol, bodoh, dan lain sebagainya menunjukkan baik buruknya kepribadian seseorang,” ujarnya.

Back to top button