Market

Bulan Puasa Mendekat, Setelah Minyak Goreng Harga Gula Meroket

Ketua Umum Asosiasi Petani Tebu Rakyat Indonesia (APTRI), Abdul Wachid mengkhawatirkan soal harga gula yang terus merambat naik mendekati Ramadan.

Dia menyayangkan lambannya pergerakan pemerintah dalam melakukan antisipasi. Pemerintah seharusnya sudah memprediksi kenaikan harga gula di pasar tradisional khususnya di Pulay Jawa, sejak awal. “Memprediksi kan ada alat analisisnya, masa sekelas negara gak punya instrumen itu. Misal, pemerintah sudah bisa tahu kapan siklus panen tebu di dalam negeri. Kapan harga gula global stabil dan lain-lain. Ini kan kelihatannya gak dilakukan. Mendag Lambat antisipasi ini,” kata Wachid, dikutip Selasa (22/3/2022).

Wachid mengatakan, kenaikan harga gula tidak terlepas dari faktor supply dan demands. Harus diakui, pasokan dari sentra-sentra industri gula, belum maksimal. :Karena belum masuk masa panen. Ditambah lagi stok gula 2021, tidak mencukupi. Jawa sebagai sentra gula belum masuk siklus panen. Adapun dua pabrik gula milik PTPN II di Medan sudah panen, Itu pun tidak mencukupi untuk kebutuhan gula nasional,” paparnya.

Dia mengingatkan, menjelang Ramadan, permintaan masyarakat bakal melonjak. “Bisa jadi, persediaan gula banyak diserap industri makanan dan minuman (mamin). Sehingga gula untuk konsumsi rumah tangga menghilang di pasaran. Lagi-lagi membebani masyarakat,” ungkapnya.

Dirinya mengingatkan, selain karena stok menispis, kenaikan harga gula dipicu faktor eksternal. Di mana, harga gula di pasar global melonjak. Saat ini, gula di pasar global dibanderol US$230-US$240 per ton.

Mengutip Pusat Informasi Harga Pangan Strategis (PIHPS) Nasional, rata-rata harga gula pasir lokal saat ini bergerak di Rp14.350, naik dari sebelumnya Rp14.200 per kg. Sementara harga rata-rata gula pasir premium naik ke Rp15.550 per kg.

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button