Market

Tiket Pesawat Hampir Rp10 Juta, Anak Buah Budi Karya Belain Maskapai

Terkait mahalnya tiket pesawat rute Jakarta-Aceh yang hampir Rp10 juta per seat, Kementerian Perhubungan tak bisa apa-apa. Malah terkesan kuat belain maskapai.

Tak sedang bercanda, Gubernur Aceh Novan Iriansyah menyurati Presiden Joko Widodo (Jokowi) dan sejumlah maskapai. Isinya, ya itu tadi, harga tiket pesawat mahal sekali.

Mungkin anda suka

Perbandingan saja, harga normal untuk tiket Jakarta-Aceh sebesar Rp2,6, juta. Sementara saat ini, hargnya melonjak hampir 400% di angka Rp9,6 juta per seat.

Lalu bagaimana respons kementerian yang dipimpin Budi karya Sumadi? Direktorat Jenderal Perhubungan Udara Kemenhub, terkesan membela maskapqi penerbangan. Sejauh ini hanya janji-janji pengawasan penjualan tiket yang dilontarkan.

“Kami tetap akan melakukan pengawasan dan memonitoring harga tiket yang dijual oleh maskapai. Jika ada yang melanggar, sanksi administratif sesuai Peraturan Menteri Perhubungan Nomor 27 Tahun 2021 secara tegas akan diberlakukan,” kata Direktur Jenderal Perhubungan Udara Novie Riyanto dalam keterangannya yang dipantau di Jakarta, Jumat (29/4/2022).

Penegasan itu untuk merespon beredarnya berita mengenai harga tiket pesawat yang melonjak tinggi.

Ditjen Perhubungan Udara menegaskan bahwa pada periode Angkutan Lebaran 2022, belum ada maskapai yang melanggar aturan tarif penerbangan yang ditetapkan sesuai Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 106 Tahun 2019 tentang Tarif Batas Atas (TBA) dan Tarif Batas Bawah (TBB) untuk penerbangan reguler kelas ekonomi.

“Hingga saat ini, kami belum menemukan maskapai yang melanggar aturan tarif batas atas penerbangan seperti yang viral diberitakan. Masih sesuai aturan yang berlaku,” ujarnya.

Terkait tarif tiket, Dirjen Novie menjelaskan bahwa pemerintah sudah menetapkan aturan yang tertuang dalam Keputusan Menteri Perhubungan Nomor 106 Tahun 2019.

Untuk Tarif Batas Atas (TBA) ditentukan oleh tarif jarak penerbangan dan Tarif Batas Bawah (TBB) ditentukan oleh 35 persen dari batas atas, dari masing-masing kelompok pelayanannya.

“Jadi, adanya berita harga tiket mahal, kemungkinan tiket tersebut adalah penerbangan tidak langsung (transit) atau tiket kelas bisnis,” katanya.

Hal itu karena apabila tiket penerbangan reguler kelas ekonomi sudah habis, atau rute langsung (direct) tidak tersedia lagi, maka sistem OTA (Online Travel Agent) yang merupakan sistem otomatis dalam mencari tiket, akan terus mencari ketersediaan penerbangan sesuai yang dicari konsumen, katanya.

Menurut dia, dalam hal perbedaan harga tiket jika transit, maka akan jauh lebih mahal daripada penerbangan langsung karena merupakan akumulasi tarif dari satu rute ke rute berikutnya.

Begitu juga dengan kelas bisnis, pemerintah hanya mengatur tarif rute langsung pesawat kelas ekonomi.

Untuk menghindari harga tiket yang tinggi, Novie mengimbau agar calon penumpang dapat membeli atau memesan tiket jauh dari hari keberangkatan, agar mendapatkan harga tiket yang hemat.

Calon penumpang juga bisa mencari informasi penawaran promosi dari maskapai penerbangan, agen perjalanan, layanan kartu kredit dan lain-lain, yang seringkali memberikan penawaran harga khusus untuk periode tertentu.

“Pilih waktu penerbangan yang tepat, mengingat harga pada saat ‘peak season’ lebih mahal dibanding ‘low season’. Peak season adalah musim banyak orang membeli tiket, biasanya terjadi menjelang liburan dan berlangsung hingga beberapa hari setelahnya,” katanya.

 

 

 

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button