News

BBM Naik, Indef: Pemerintah Sudah Tidak Peduli Kesejahteraan Rakyat

Senin, 05 Sep 2022 – 17:52 WIB

Pertalite bbm naik - inilah.com

(Foto: inilah.com/Didik Setiawan)

Pasca kenaikan harga bahan bakar minyak (BBM) nonsubsidi yang diumumkan Presiden Joko Widodo (Jokowi) per Sabtu (3/9/2022) pukul 14.30 WIB menimbulkan gejolak di tengah masyarakat saat ini.

Ekonom Institute for Development of Economic and Finance (Indef) Nailul Huda menilai kenaikan harga BBM subsidi akan meningkatkan inflasi dan semakin meningkatkan angka kemiskinan.

“Secara umum, kenaikan harga pertalite akan mempunyai dampak seperti peningkatan inflasi menjadi 8 hingga 8.5 persen, penurunan konsumsi sebesar 0.03 persen, penurunan ekonomi sebesar Rp3 triliun, peningkatan pengangguran sebesar 30 ribu jiwa, dan kemiskinan akan naik menjadi 9.96 hingga 10 persen,” jelas Nailul saat dihubungi, Senin (5/9/2022).

Kemudian Nailul juga menyinggung kenaikan harga barang dan sembako yang akan semakin menambah kesulitan masyarakat, terutama masyarakat yang berpenghasilan rendah.

“Kenaikan harga barang secara umum akan menyebabkan masyarakat berpenghasilan rendah kesulitan menjangkau barang produksi. Akhirnya cuman masyarakat berpenghasilan tinggi yang bisa akses barang kebutuhan pokok. Jadi akan ada kesenjangan sosial yang melebar,” sambung Nailul.

Sedangkan bantalan sosial yang menjadi opsi bagi pemerintah hanya akan menjadi obat penenang sesaat bagi masyarakat.

“Terkait dengan bantalan sosial, hal ini hanya sebagai obat pemberi rasa tenang dan nyaman tapi tidak menyembuhkan penyakit inflasi tinggi. Jadi saya rasa efek kenaikan BBM ini bisa menimbulkan efek dalam jangka waktu yang cukup lama,” kata Nailul.

Senada dengan Nailul, Wakil Direktur Indef Eko Listiyanto berpendapat bahwa kenaikan harga BBM akan berdampak pada harga sembako yang lebih tinggi, namun, tidak sampai menimbulkan krisis ekonomi.

“Tidak akan terjadi krisis ekonomi karena kenaikan BBM ini. Kenaikan BBM kemarin rata-rata relatif moderat. Pemerintah masih memberi subsidi ke pertalite Rp4000 lebih per liter. Hanya saja pertumbuhan ekonomi akan sedikit tarpangkas, kemungkinan sampai akhir tahun 5 persen yoy,” tutur Eko.

Eko menyebutkan bahwa bantalan sosial dinilai akan membantu masyarakat miskin sebesar 85 hingga 90 persen.

“Tidak bisa efektif 100 persen, tetapi setidaknya dapat membantu setidaknya 85 persen – 90 persen masyarakat miskin, sisanya kemungkinan masih akan ada persoalan ketepatan sasaran, nilai BLT yg dirasa msh kecil bagi sebagian orang, dst. Tetapi BLT memang bisa membantu meredam dampak ke kelompok paling miskin,” jelas Eko.

“Langkah untuk tidak menaikkan harga pertalite, seharusnya ya. Tapi mungkin pemerintah sudah tidak peduli akan kemiskinan dan kondisi kesejahteraan masyarakat,” pungkas Nailul.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button