Hangout

Muharram Jadi Bulan Duka: Benarkah Umat Muslim Dilarang Mengadakan Akad dan Pesta Pernikahan?

Muharram, bulan pertama dalam kalender Hijriyah, menyimpan sejarah dan tradisi yang dalam dalam perjalanan umat Islam. Namun, masih ada kebingungan dan kesalahpahaman mengenai apa yang seharusnya dan tidak seharusnya dilakukan selama bulan ini, terutama berkaitan dengan perkawinan.

Muharram: Sebuah Refleksi Sejarah

Bulan Muharram bukan hanya menjadi tanda awal tahun Hijriyah; ini adalah momen refleksi tragedi yang cucu Rasulullah SAW alami, Husain bin Ali bin Abi Thalib radhiyallahu anhuma. Pada 10 Muharram atau hari Asyura, Husain dan banyak anggota keluarganya terbantai secara brutal di Karbala pada 61 Hijriyah atau 680 Masehi.

Mengenang peristiwa ini, umat Islam anjurannya adalah berpuasa pada 9 dan 10 Muharram, sebuah sunnah yang juga Nabi Muhammad SAW lakukan. Puasa ini adalah pengingat akan pembebasan Allah SWT dari Nabi Musa dan pengikutnya dari penindasan Firaun Mesir.

Mitos Pernikahan di Muharram: Memahami Fakta

Sejalan dengan refleksi yang menyakitkan ini, beredar klaim bahwa pernikahan tidak boleh ada selama bulan Muharram. Namun, klaim ini tidak memiliki landasan agama.

Mantan Presiden Masyarakat Islam Amerika Utara, Muzammil H Siddiqi, menjelaskan dalam laman aboutislam.net bahwa Islam justru mendorong umatnya untuk menikah sesegera mungkin, selama mereka mampu secara finansial dan fisik.

Perkawinan dalam Islam adalah perintah agama sekaligus Sunnah Nabi. Tidak ada hari berkabung lain yang wajibnya pada hari-hari tersebut, dan tidak ada salahnya mengadakan upacara pernikahan atau pesta lainnya pada hari itu atau di bulan Muharram.

Setiap Hari adalah Milik Allah

Pesannya jelas: semua hari adalah milik Allah SWT, dan umat Muslim tidak boleh mengambil takhayul dari bulan atau hari apa pun. Menyambut Muharram dengan refleksi, puasa, dan bahkan pernikahan adalah cara untuk merayakan keyakinan dan tradisi yang kaya, sambil juga memahami dan menghargai sejarah yang mendalam.

Bulan Muharram harus menjadi waktu untuk merenung dan memperdalam iman, bukan hanya penuh dengan kebingungan dan kesalahpahaman. Mari kita ambil pelajaran dari peristiwa tragis dalam sejarah Islam ini dan menerapkannya dalam hidup kita dengan cara yang penuh makna dan sesuai dengan ajaran agama.

Back to top button