Market

Banyak Start-Up Tumbang, Keponakan Luhut Sebut Era Keemasan Sudah Berlalu

Sejak awal 2022, sejumlah perusahaan rintisan alias start-up di tanah aiar, tumbang. Sebut saja, JD.ID, LinkAja, Zenius, dan TanuHub, harus mengurangi karyawannya. Era keemasan bisnis rintisan sudah lewat.

Founding Partner AC Ventures, Pandu Sjahrir mengatakan, sejumlah perusahaan rintisan sudah terimbas resesi global. Sehingga perlu strategi jitu untuk menghadapinya.

Pandu mencontohkan, valuasi perusahaan startup Amerika Serikat di bursa saham, mengalami penurunan 30 hingga 80 persen, sejak awal tahun.

Kondisi di Indonesia tidak jauh berbeda, startup banyak mengalami penurunan walaupun “implied growth” dari perusahaan masih baik. “Contoh dua tahun terakhir revenue masih naik dua kali lipat, tapi ekspektasi market sudah banyak berubah. Apalagi dengan kenaikan suku bunga. Menurut saya sudah kelihatan beberapa kali seri C atau D perusahaan-perusahaan sudah turun 20 hingga 30 persen,” ujar Pandu di Jakarta, Rabu (10/8/2022).

Keponakan Menko Kemaritiman dan Investasi (Marves) Luhut Binsar Pandjaitan itu, menerangkan, kondisi saat ini jauh berbeda dengan dua tahun lalu. Yang menjadi masa keemasan bagi bisnis startup, karena pandemi COVID-19, dan masyarakat banyak bergantung pada teknologi.

Sayangnya, tahun emas itu tidak berlangsung lama karena krisis ekonomi yang turut menggoyahkan startup. Kondisi tersebut, menurut Pandu, diperparah karena banyak pendiri startup belum pernah mengalami peristiwa seperti saat ini.

“Mayoritas founder belum pernah mengalami ini. Menurut saya ini mentally readjustment bahwa market sekarang gini,” kata Pandu.

Oleh karena itu, Pandu menyarankan para pendiri atau founder untuk mencari strategi lainnya yang lebih jitu untuk menghadapi kondisi saat ini dan tidak melulu melakukan bakar uang.

Strategi bakar uang dengan melakukan sejumlah promosi besar-besaran selama ini kerap dilakukan startup untuk membangun dan mempertahankan pasar mereka.

Menurut Pandu, salah satu cara yang bisa dilakukan para founder adalah dengan mempekerjakan talenta-talenta terbaik dalam bidangnya. “Ayo hire A+ people, jangan hiring 9, tapi hiring 10. Orang yang di ranking 1 itu jauh lebih berharga daripada ranking-ranking lainnya. Kita double down on finding the best people for the team,” ujar Pandu.

Cara kedua adalah dari sisi unit economics growth, bagaimana dari sisi bisnis para founder startup bisa menghasilkan uang atau orang mau membayar jasa dari startup mereka.

“Anda juga harus prove Anda bisa passed through cost Anda kepada customer. Artinya Anda punya semacam bargaining power atau semacam pricing power di bisnis Anda,” ujar Pandu.

Strategi ketiga, lanjut Pandu, para founder startup diharapkan untuk jeli melihat peluang seperti merger dan akusisi (M&A). “Anda harus melihat cara-cara lain seperti contoh, akuisisi. Bagaimana Anda bisa memikirkan itu. Karena sebagian dari sisi founder belum pernah melakukan dari sisi seperti ini,” pungkas Pandu.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button