News

Banyak Kecelakaan, Standar Jalan Tol di Indonesia Belum Aman

Serangkaian kecelakaan yang terjadi di jalan tol di Indonesia banyak menimbulkan kisah pilu karena beberapa insiden kecelakaan harus menelan korban jiwa. Tak jarang kecelakaan yang terjadi diakibatkan karena kelalaian pengendara itu sendiri.

Tapi ada juga kejadian kecelakaan diakibatkan karena kondisi medan di jalan tol tersebut sangat rawan seperti minimnya marka jalan atau penerangan.

Namun apakah jalan tol di Indonesia sudah sesuai standar keselamatan yang berlaku atau memang masih perlu ada perbaikan-perbaikan?

Mengutip akun Instagram @anakteknikindo, pemerhati konstruksi jalan raya dan jalan KA, Gatot Rusbiantardjo mengatakan jalan tol di Indonesia masih belum aman karena beberapa hal seperti konstruksi jalan dan batas antara kedua jalan tol.

Menurut Gatot, perekat jalan tol yang dibuat dari beton semen sangat tidak aman bagi kendaraan yang melintas karena tidak memiliki daya cengkram yang baik bagi ban kendaraan.

“Perkerasan dengan beton semen tidak mempunyai skid resistance atau kecil skid resistancenya,” katanya seperti dikutip Inilah,com, Minggu (7/11/2021).

Dia menjelaskan, skid resistance adalah daya cengkram ban dengan permukaan perkerasan jalan. Karena skid resistennya keceil atau bahkan nol, maka apabila mobil melaju dengan kecepatan tinggi dan mengerem, monil tidak segera berhenti karena tidak ada daya cengkram yang memadai antara ban dan permukaan perkerasan jalan.

“Mobil akan meluncur cukup jauh sebelum berhenti. Sehingga sering terdengar mobil menabrak truk atau mobil lain di depannya. Perhatian: jalan beton bukan jalan untuk kecepatan tinggi! sehingga salah membangun jalan tol dengan perkerasan kaku,” jelas Gatot.

Lebih lanjut, Gatot menambahkan, pembatas dinding beton yang tebal dan kokoh di jalan tol juga mengakibatkan mobil yang menyalip atau kemudinya berbelok maka akan menabrak tembok beton. Jika tabrakan itu dengan kecepatan tingga maka akibatnya akan fatal seperti yang dialami mobil Vanessa Angel dan dosen faktultas Teknik sipil UNDIP beberapa waktu lalu.

Gatot menilai, jalan tol yang aman mempunyai pembatas atau area ruput di tengah jalan tol diantara kedua arahnya. Lebar area ini minimal 2×5 meter dengan ketebalan 5 persen seperti jalan tol Jagorawi pada awal dibuatnya.

“Dengan demikian jika sopir mengantuk atau mobil pecah ban, mobil tidak menabrak tembok beton, tetapi meluncul diatas rumput yang landai dan akhirnya berhenti dengan selamat,” jelasnya.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button