News

Banjir dan Tanah Longsor di Sao Paulo Brasil Tewaskan 46 Orang

Korban tewas akibat banjir dan tanah longsor yang menghantam Sao Paulo, Brasil, sejak Minggu (19/2/2023), telah mencapai 46 orang. Sementara itu operasi pencarian masih terus dilanjutkan untuk menemukan mereka yang masih hilang.

Mengutip Associated Press, Selasa (22/2/2023), sebagian besar operasi pencarian dipusatkan di wilayah Sao Sebastiao di bagian pesisir, di mana 43 orang dilaporkan tewas. Tujuh jenazah telah diidentifikasi dan siap dimakamkan. Sementara hampir 800 warga kehilangan rumah dan 1.730 orang terpaksa mengungsi.

Mungkin anda suka

Gubernur Tarcisio de Freitas dalam konferensi pers pada Selasa (21/2/2023), mengatakan personil Angkatan Bersenjata Brasil ikut serta dalam operasi pencarian itu, dan pada Kamis (23/2/2023) mendatang, Angkatan Laut akan membangun rumah sakit dengan 300 tempat tidur untuk membantu upaya kemanusiaan.

Tim SAR menggali tanah lumpur dan membersihkan jalan-jalan, tetapi sebagian jalan yang menghubungkan Rio de Janeiro dengan kota pelabuhan Santos di Sao Paulo masih terputus akibat tanah longsor. Jalan lain yang menghubungkan Kota Bertiga ke daratan Sao Paulo bahkan masih benar-benar terputus.

Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva, pada Senin (20/2/2023), mengunjungi daerah-daerah yang terdampak. Ia menyerukan warga yang tinggal di sisi bukit untuk direlokasi ke kawasan yang lebih aman.

Curah hujan di Sao Sebastiao melampaui 600 milimeter dalam 24 jam saat akhir pekan lalu. Hujan tersebut menjadi yang paling deras dalam masa yang singkat di Brasil.

Sekitar 7,5 ton bantuan, termasuk makanan, air bersih dan peralatan kebersihan telah didistribusikan kepada para korban. Daerah-daerah terdampak di utara pesisir Sao Paulo, yang terkenal karena pantai yang dikelilingi pegunungan, merupakan tujuan utama karnaval bagi wisatawan-wisatawan kaya yang tidak menyukai pesta masif di jalan-jalan kota besar.

Sejumlah media lokal melaporkan, jumlah korban tampaknya akan terus meningkat, mengingat banyak yang masih tertimbun tanah longsor.

Salah satu warga di Sao Sebastiao, Vanessa Cristina Caetano, menjadi saksi saat banjir menyapu wilayahnya.

“Kami mendengar suara mengerikan pohon tumbang dan kaca-kaca pecah. Air menembus jendela kamar mandi, menghantam begitu saja,” kata Caetano, seperti dikutip AFP.

Beberapa menceritakan bagaimana seluruh keluarga berusaha menyelamatkan kerabat yang terperangkap, sementara yang lain menceritakan kehilangan rumah dan segala isinya.

“Saya tak tahu harus apa, saya kehilangan semuanya. Semuanya terkubur. Kami tak bisa menyelamatkan apa pun,” ujar pekerja domestik, Patricia, 31 tahun.

Namun, rasa bahagia masih tersisa di dirinya usai berhasil menyelamatkan anaknya yang berusia 9 tahun dan 15 tahun.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button