Kanal

Bali Bak Surga, Warga Rusia-Ukraina Berbisnis dan Hidup Berdampingan

Rusia dan Ukraina memang tengah berperang. Namun, ribuan warganya ternyata hidup berdampingan di Pulau Dewata Bali di Indonesia. Banyak yang menjadikan pulau itu rumah bagi mereka, setelah mereka meninggalkan negaranya menyusul invasi Rusia ke Ukraina yang berlangsung sejak setahun lalu.

Dengan konflik yang belum berakhir, tujuan utama wisatawan domestik dan luar negeri itu telah menjadi tempat perlindungan sementara bagi warga kedua negara yang mencari pelarian. Menurut data pemerintah, lebih dari 7.000 warga Ukraina tiba di Bali tahun lalu. Angkanya terus terjadi peningkatan. Bulan lalu saja, ada lebih dari 2.500 kedatangan dari negerinya Volodymyr Zelenskyy ini.

Mungkin anda suka

Pada tahun lalu juga terlihat lebih dari 58.000 warga Rusia tiba di pulau itu. Sementara pada Januari tahun ini, ada lebih dari 22.500 kedatangan, menjadikan Rusia sebagai negara dengan kedatangan asing terbesar bulan pertama tahun ini.

Kepala Dinas Pariwisata Bali, Tjokorda Bagus Pemayun, mengatakan bahwa tahun lalu, kedatangan mereka mencapai puncaknya. Tren ini meningkat sejak Bali mulai membuka pintu tanpa karantina pada 7 Maret. “Kenapa Bali? Karena memang Bali adalah tempat yang damai. Sangat damai, dan bukannya (di negara masing-masing), mereka memilih tinggal di Bali,” kata Tjokorda.

Kepala Komunitas Ukraina di Bali, Dmytro mengatakan, ia yang sudah berada di Bali untuk liburan sejak invasi Rusia terus membangun komunitas di pulau ini untuk warga Ukraina lainnya.

“Delapan bulan terakhir, saya hanya fokus pada ini,” katanya seperti dikutip dari Channel News Asia (CNA). “Tujuan kami masih sama yakni untuk membantu Ukraina, membangun hubungan yang kuat dengan masyarakat setempat, dengan pemerintah setempat, polisi…”

Memindahkan bisnis ke Bali

Setelah perang dimulai, salah satu biro perjalanan Ukraina memutuskan untuk memindahkan basis bisnisnya ke Bali, dan mempekerjakan beberapa orang Ukraina untuk bekerja di sana. Sementara itu, beberapa warga Rusia juga menawarkan dukungan kepada sesama warganya yang ingin pindah ke Indonesia.

Anna Pomarina, masih mengutip CNA, menjadi konsultan untuk membantu perusahaan berbahasa Rusia mendirikan toko di Indonesia. Dia juga memiliki sebuah hotel di Bali tempat dia pindah pada awal pandemi COVID-19. “Saya membantu lusinan pebisnis untuk memulai di sini di Indonesia, karena mereka sedang mencari cara untuk mendapatkan uang lagi untuk keluarga mereka atau mereka ingin mengembangkan bisnis yang sudah ada,” katanya.

Menurut Badan Pusat Statistik (BPS), wisatawan Rusia menduduki peringkat ke-9 pada tahun 2021 dalam hal membelanjakan uang di Indonesia, menghabiskan rata-rata US$3.710 per perjalanan. Data dari Badan Koordinasi Penanaman Modal (BKPM) menunjukkan bahwa bisnis Rusia menyumbang lebih dari 6,5 persen investasi asing di Bali tahun lalu, naik dari 5 persen pada tahun 2021, dengan terkonsentrasi di real estat.

Visa wisata tapi berbisnis

Ketua Bali Tourism Board (BTB) Bali, Ida Bagus Agung Partha Adnyana mengakui banyak WNA yang banyak berprofesi sebagai konsultan sebuah perusahaan di negara asal mereka, kemudian marketing dan profesi lainnya yang bisa dikerjakan secara jarak jauh. Selama ini, para digital nomad bekerja dari Bali dengan menyewa villa secara patungan di kawasan-kawasan pariwisata seperti Canggu atau Seminyak.

“Yang bekerja dari Bali para digital nomad dengan berbagai profesi seperti konsultan untuk sebuah perusahaan di negara mereka, kemudian marketing. Jadi mereka bekerja dari Bali untuk negara mereka, dan menggunakan paspor wisata,” jelas Gus Agung, sapaan akrabnya, Jumat (24/2/2023).

Menurutnya masalah ini tidak bisa dibiarkan begitu saja, karena yang diharapkan datang ke Bali adalah mereka yang benar-benar berwisata sehingga menghidupkan destinasi dan berdampak terhadap ekonomi Bali. Jika masalah ini terus dibiarkan, ini akan berdampak secara jangka panjang dan tidak menutup kemungkinan akan mengambil lapangan kerja yang seharusnya bisa diisi oleh orang Indonesia.

Jika ingin bekerja dari Bali menurut Gus Agung, warga negara asing (WNA) sebaiknya menggunakan visa kerja atau second home visa yang memberikan izin tinggal dalam jangka waktu 10 tahun bagi WNA dengan uang jaminan Rp2 miliar.

Sementara itu, pemerintah bakal mengawasi WNA Rusia yang datang ke Indonesia khususnya ke Bali. Menteri Pariwisata dan Ekonomi Kreatif, Sandiaga Uno mengaku sudah berkomunikasi dengan Dirjen Imigrasi Silmy Karim untuk masalah WNA Rusia dan Ukraina ini. Sandi mengungkap pada prinsipnya setiap wisman yang datang harus dimudahkan tetapi sambil dilakukan pemantauan untuk mengantisipasi pelanggaran.

Pulau Dewata memang dikenal sebagai destinasi wisata dunia karena memiliki keunikan budaya dan tradisi, beragam hasil karya seni dan tentunya berbagai objek wisata yang mengelilinginya. Di pulau yang memiliki luas sekitar 5.634,40 km² ini, wisatawan bisa menemukan banyak jenis keindahan alam, seperti destinasi wisata pantai, sawah berundak, air terjun, danau pegunungan, serta kekayaan budayanya yang luar biasa.

Banyak warga Ukraina dan Rusia masih berharap agar perang segera selesai dan dapat kembali kembali ke rumah. Untuk sementara, mereka percaya tinggal di Bali adalah pilihan terbaik. Hidup berdampingan dengan tenang antara warga Rusia dan Ukraina dan dapat terus menjalankan bisnis mereka.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button