Hangout

Bagaimana Jika Suami Anda Mengalami PHK?

Gelombang pemutusan hubungan kerja (PHK) massal terus melanda berbagai industri di Tanah Air seiring kondisi perekonomian dunia yang terancam resesi. PHK bisa terjadi pada siapa saja. Bagaimana sebaiknya menyikapi keluarga atau suami yang mengalami hal buruk ini?

Gelombang PHK massal ini bermula dari penurunan permintaan di pasar ekspor, bahkan sampai 50 persen. Kondisi ini dipicu perlambatan ekonomi di negara tujuan ekspor. Ditambah hiperinflasi di saat musim dingin, yang memaksa konsumen di negara-negara tersebut lebih mengutamakan membeli makanan dan energi.

Menteri Ketenagakerjaan Ida Fauziah mengatakan, kasus PHK di Indonesia sepanjang tahun 2021 mencapai 127.085 orang, turun signifikan dibandingkan tahun 2020 yang mencapai 386.877 orang. Dan, di tahun 2019 tercatat ada 18.911 orang terkena PHK. “Sepanjang Januari-September 2022, jumlah kasus PHK tercatat 10.765 orang,” kata Menaker Ida baru-baru ini.

Menganggur atau mengalami PHK merupakan salah satu momok paling menakutkan bagi para karyawan. Pasalnya ketika hal ini terjadi, seseorang pastinya akan merasa bingung karena kehilangan pekerjaan. Apakah Anda pernah mengalaminya atau mungkin saat ini suami yang jadi tulang punggung keluarga sedang merasakan hal tersebut?

Menganggur menjadi ketakutan dan kemudian menjadikannya stres. Pada akhirnya menimbulkan ketegangan dalam hubungan pernikahan dan mengganggu keharmonisan dalam keluarga.

Istri harus memainkan peran sebagai penasihat dan pemandu sorak untuk seorang suami yang mengalami trauma dan demoralisasi. Sesegera mungkin setelah kehilangan pekerjaan, istri dan suami harus duduk bersama dan menyusun strategi tidak hanya mencari pekerjaan, tetapi juga cara-cara mencegah (atau setidaknya meminimalkan) konflik yang datang akibat tekanan dari pengangguran.

Ketenangan keluarga terutama istri sangat menentukan apa yang akan terjadi selanjutnya: apakah keluarga akan ikut hancur bersama ‘hancurnya’ karier suami di tempat kerja lamanya – atau sekeluarga memilih untuk saling menguatkan dalam menghadapi ‘kejamnya’ dunia bersama-sama.

Seperti dikutip dari Focus on The Family, ada beberapa kiat yang bisa dilakukan untuk mempertahankan kelangsungan hidup keluarga.

Pertama, praktikkan sikap yang memperlakukan pengangguran sebagai situasi sementara – dan dapat dikelola. Penolakan berulang yang terjadi pada pencarian pekerjaan itu sulit, tetapi kemungkinannya adalah bahwa pekerjaan baru pada akhirnya akan muncul jika Anda berdua tetap fokus dan dalam pencarian pekerjaan.

Pertahankan perspektif yang sehat. Bersikap terbuka terhadap apa yang mungkin sedang Allah ajarkan kepada Anda berdua melalui pengalaman ini.

Kedua, jika Anda masih memiliki anak di rumah, terbuka dan jujurlah dengan mereka tentang situasi ini. Berkomunikasi secara realistis, tetapi optimis, tentang masa depan. (Ini bukan akhir dari dunia!) Rencanakan waktu bersama sebagai keluarga untuk membahas perasaan, keuangan, prioritas, dan bagaimana setiap orang dapat bergabung untuk meredakan stres di rumah.

Jelaskan bahwa setiap orang harus berkorban (pemotongan sementara tunjangan, mengurangi belanja pakaian, dll) untuk sementara sampai Ayah menemukan pekerjaan baru. Ingatkan anak-anak bahwa Anda terlibat dalam hal ini bersama-sama dan Anda sekeluarga akan melewati ini, lebih baik dan lebih kuat untuk kesulitan yang Anda alami, dan mungkin dengan kasih sayang yang baru ditemukan untuk orang lain dalam situasi yang sama.

Ketiga, alokasikan waktu setidaknya satu malam dalam seminggu untuk sendirian atau dengan teman-teman. Bantu suami memahami bahwa waktu yang Anda habiskan untuk diri sendiri akan membantu Anda menjadi pasangan yang lebih baik ketika Anda bersama – karena itu akan terjadi. Bahkan di saat-saat terbaik sekalipun, baik untuk memupuk hobi dan minat Anda sendiri.

Keempat, ingatkan diri Anda dan pasangan Anda untuk melakukannya satu hari setiap kali. Bantu suami Anda menghindari pemikiran bahwa tidak akan pernah menemukan pekerjaan. Bersikap positif dalam sikap dan berdoalah bersama setiap hari untuk kebutuhan fisik, emosi, dan materi Anda, dan untuk hubungan Anda. Komunikasi dapat mengurangi dampak depresi dan membantu meningkatkan harga diri yang terluka.

Kelima, terima bahwa Anda akan mengalami hari baik dan hari buruk. Pada hari-hari baik, diskusikan apa yang membuat mereka baik dan bertukar pikiran cara untuk menjaga energi positif (tidur pada jam yang wajar, bangun bersama, olahraga pagi, waktu salat, dll). Pertahankan rutinitas sebanyak mungkin. Jadilah saling bertanggung jawab, menetapkan agenda harian untuk Anda berdua: wawancara kerja, janji pribadi, pekerjaan rumah, dll.

Keenam, pengangguran dapat membuat orang ingin melakukan isolasi sosial. Terus hadir di majelis taklim atau gereja dan pertahankan komitmen sosial selama seminggu. Bagikan apa yang Anda alami dengan teman. Anda membutuhkan dukungan sekarang lebih dari sebelumnya. Teman-teman akan merasa terhormat dengan keinginan Anda untuk curhat kepada mereka.

Ketujuh, rencanakan kegiatan bersama yang akan membantu Anda melepaskan penat. Keluarlah mencari udara segar, naik sepeda, atau piknik. Rencanakan waktu di mana Anda setuju untuk mengesampingkan kekhawatiran pekerjaan dan fokus hanya pada bersenang-senang.

Pasangan Anda menghadapi masa-masa sulit, tetapi Anda juga demikian. Berdoalah, mintalah untuk diberikan energi, kasih sayang, kesabaran, dan wawasan untuk membawa Anda melewati musim yang menantang ini. Dan ingat: seperti semua musim yang membentuk kehidupan, ini juga akan berlalu!

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button