Arena

Atalanta vs Juventus: Performa Kontras Dua Tim di Final Coppa Italia


Meskipun Atalanta dalam kondisi yang lebih baik dibanding Juventus dan dianggap sebagai favorit di Final Coppa Italia di Stadio Olimpico, Kamis (16/5/2024) dini hari WIB, Juventus harus mengambil pelajaran dari pertandingan kandang terakhir La Dea, di mana mereka mengalahkan Roma 2-1 meskipun menciptakan banyak peluang gol.

Kemenangan terakhir Atalanta, yang membawa La Dea ke posisi kelima di Serie A, sedikit mengecewakan bagi Gian Piero Gasperini karena timnya harus berjuang hingga akhir untuk mengamankan tiga poin dalam penampilan yang dominan.

Atalanta melepaskan 24 tembakan dibanding sembilan milik Roma. Mereka juga memiliki penguasaan bola lebih banyak (58%) dan akurasi umpan yang lebih baik (86% berbanding 79%). 

Charles De Ketelaere mencetak dua gol dalam 20 menit pertama, namun tim Gasperini bisa mencetak lebih banyak dengan peluang dari CDK, Gianluca Scamacca, Mario Pasalic, dan Ademola Lookman.

Meski begitu, kemenangan penting atas tim asuhan Daniele De Rossi ini merupakan bukti terbaru dari performa impresif mereka. La Dea telah memenangkan tujuh dari 10 pertandingan terakhir di semua kompetisi, seri dua kali dan kalah sekali dari Liverpool, kekalahan yang tidak menyakitkan karena Nerazzurri masih lolos ke semifinal Liga Europa.

Atalanta mungkin hanya memiliki satu trofi dalam sejarah mereka, sehingga banyak orang, termasuk Gasperini, akan merasa aneh melihat mereka menjadi favorit melawan salah satu tim terbesar di Italia, Juventus, di Final Coppa Italia pada Rabu (Kamis WIB). Tapi inilah kenyataannya.

Berkebalikan dengan Atalanta, Juventus tampil sangat buruk di paruh kedua musim, baik dari segi hasil maupun gaya permainan.

La Gazzetta dello Sport menggambarkan penampilan terakhir Juventus melawan Salernitana sebagai ‘memalukan,’ dan situasinya tidak terlihat lebih baik jika kita melihat gambaran yang lebih besar. Bianconeri hanya mengumpulkan 15 poin dalam 15 pertandingan liga terakhir, hanya menang dua kali di Serie A sejak 27 Januari.

“Saya pikir agak berlebihan jika mengatakan kami akan menjadi favorit melawan Juve. Kami dalam performa bagus, tapi sulit untuk menilai karena kami bermain setiap tiga hari tanpa henti sejak 27 Februari,” kata Gasperini setelah kemenangan terakhir Atalanta atas Roma, menekankan bahwa timnya tidak akan menjadi favorit di Roma pada Rabu (15/5/2024).

Namun, meski jadwal padat La Dea, tidak dapat disangkal bahwa Nerazzurri tiba di Roma dengan lebih percaya diri dan mungkin, bahkan lebih bersemangat dibanding lawan mereka.

Juventus praktis menyerah sejak kalah dari Inter pada Februari dan para pemain mereka terlihat seolah-olah menganggap posisi empat besar sebagai target yang sudah dijamin. Mereka hanya menunjukkan sikap berbeda di leg pertama semifinal Coppa Italia melawan Lazio, di mana mereka menang 2-0 dengan layak, membuka jalan menuju final di Roma.

Sebaliknya, Atalanta telah berjuang di semua lini hingga akhir musim. Mereka berhasil lolos ke dua final dan saat ini berada di posisi kelima di Serie A, yang akan memberi mereka tempat di Liga Champions pada 2024-25.

Tim terbaik

Apakah ini berarti Juventus tidak menjadi favorit melawan Atalanta? Ya. Apakah ini berarti mereka sudah kalah? Tentu tidak. La Dea tidak akan diperkuat pemain terbaik mereka saat ini, striker Italia Scamacca, yang akan menjalani larangan satu pertandingan di Roma. 

Pada saat yang sama, kesalahan Atalanta di depan gawang melawan Roma menunjukkan bahwa Juventus dapat berharap untuk tetap dalam permainan dan mencoba melukai Nerazzurri ketika mereka lebih lelah. Dengan kata lain, rencana permainan ideal Allegri.

”Saya katakan dalam banyak waktu bahwa kami akan jalani pertandingan sangat penting Rabu ini (Kamis WIB). Kami harus fokus untuk memainkan performa terbaik dan jangan membuat segalanya rumit bagi diri sendiri,” kata Allegri dilansir Corriere dello Sport edisi Selasa (14/5/2024).

Ia menambahkan, ”Kami mempersipakan diri untuk memenangi pertandingan.”

Pertarungan di Olimpico akan lebih dari sekadar trofi bagi Atalanta dan Juve. Bianconeri memiliki kesempatan untuk mengakhiri dua musim tanpa trofi sementara La Dea dapat semakin meningkatkan kepercayaan diri mereka menjelang pertandingan bersejarah lainnya, Final Liga Europa minggu depan melawan Bayer Leverkusen di Dublin.

Meskipun aneh, Juventus akan menjadi underdog melawan La Dea, tetapi Gasperini, mantan pelatih Juventus di level pemuda, tahu bahwa akan menjadi kesalahan besar untuk mengesampingkan mereka.

Back to top button