NewsOtotekno

ASN Diganti Robot, Indonesia Tak Perlu Teknologi Luar

Pakar IT sekaligus dosen Institut Teknologi Bandung (ITB), Budi Rahardjo menyebut wajar jika nantinya, pekerjaan manusia akan digantikan oleh robot atau Artificial Intelegence (Ai).

Hal itu disampaikan Budi menyikapi rencana penghapusan eselon III dan IV Aparatur Sipil Negara (ASN) dan diganti dengan robot.

“AI sendiri untuk teknologi yang sudah menjadi kenyataan itu disebut narrow AI. Narrow AI itu adalah AI yang sangat spesifik. Misalnya mengenali wajah. Sebagai contoh saya punya perusahaan AI yang buat absen, seperti wajah, untuk vaksin. Kita sudah pakai. Kemarin di Mandalika juga kita sudah pakai,” kata Budi saat berbincang dengan Inilah.com, Selasa (30/11/2021).

Untuk pekerjaan yang lebih spesifik, Budi menilai masih butuh waktu tahunan. Bukan hanya Indonesia, tapi juga di seluruh dunia.

“Tapi yang belum bisa itu namanya general AI. Itu yang kayak terminator. Atau yang kayak manusia benar lah. Itu seluruh dunia belum bisa. Jadi, untuk pekerjaan-pekerjaan yang rutin, misalnya ngurusin absensi, mengisi daftar hadir atau memproses surat menyurat yang rutin itu AI bisa,” ungkapnya.

Budi menilai, kebutuhan akan robot untuk efisiensi dan efektifitas adalah sebuah keharusan. Manusia, kata Budi justru harus melakukan pekerjaan yang sifatnya kreativitas, dimana robot belum bisa mengikuti.

“Jadi ada beberapa pekerjaan yang sebetulnya bukan digantikan ya, tapi dibantu robot. Itu senang kita harusnya. Karena pekerjaan itu pekerjaan yang membosankan. Manusia harusnya melakukan pekerjaan yang lebih tinggi lah,” bebernya.

Dengan rencana pemerintah menghapus jabatan ASN dan menggantinya dengan robot, Indonesia secara negara, juga sudah cukup mumpuni secara teknologi.

“Belum perlu-lah saya kira (Impor teknologi). Memang kalau hardware kita masih impor. Tapi kalau software engga perlu lah. Algoritmanya mungkin buatan orang lain, tapi programnya, codingnya kita sudah bisa,” cetusnya.

“Contoh untuk pembayaran digital. Indonesia dan Amerika juaranya, China malah kalah. Amerika pun kalah sama kita,” sambungnya.

Tinggal masalahnya, seberapa besar keinginan untuk menggunakan teknologi tersebut. Termasuk soal biaya yang harus dikeluarkan.

“Jadi bukan masalah teknologi, malasahnya habit, cost,” tandasnya.

Ivan Setyadhi

Dreamer, Chelsea Garis Biru, Nakama, Family Man, Bismillah Untuk Semuanya, Alhamdulillah Atas Segalanya
Back to top button