Market

Arahan Menteri Erick, Semen Indonesia Jalankan Bisnis Berkelanjutan

Menteri BUMN Erick Thohir mendorong perusahaan pelat merah menjalankan bisnis berkelanjutan. Dan, PT Semen Indonesia (Persero/SIG) Tbk, punya empat pilar untuk menjalankannya.

Sekretaris Perusahaan Semen Indonesia, Vita Mahreyni bilang, SIG berkomitmen mewujudkan empat pilar bisnis keberlanjutan dengan menyasar pertumbuhan ekonomi berkelanjutan, iklim dan energi, ekonomi sirkuler, serta masyarakat dan komunitas. “Sebagai BUMN, Semen Indonesia bertanggung jawab untuk memberikan manfaat positif bagi masyarakat,” kata Vita, dikutip Sabtu (2/4/2022).

Alhasil, kinerja keuangan emiten semen berkode SMGR serta entitas anak, tak jelek-jelek amat. Meskipun, laba bersih 2021 tercatat Rp2,02 triliun. Turun 27,61 persen ketimbang 2020 sebanyak Rp2,79 triliun. Sedangkan pendapatan perseroan mencapai Rp34,95 triliun, turun 0,60 persen ketimbang 2020 sebesar Rp35,17 triliun.

Volume penjualan semen masih menjadi penopang pendapatan perseroan sebesar Rp28,54 triliun, masih lebih rendah dari tahun 2020 sebesar Rp29,02 triliun.

Masih kata Vita, strategi bisnis berkelanjutan yang dijalankan SMGR mendapatkan apresiasi berupa penghargaan Top CSR Awards 2022 Star 5 dan Top Leader on CSR Commitment 2022 dalam ajang Top CSR Award 2022.

Lantaran sistem kebijakan dan pelaksanaan CSR perusahaan, berada di level sangat ekselen. Serta, mendukung strategi bisnis perusahaan, baik di masa pandemi COVID-19 maupun untuk pertumbuhan bisnis yang berkelanjutan. “Penghargaan ini merupakan apresiasi sekaligus motivasi bagi kami untuk menjalankan program CSR yang sejalan dengan tujuan pembangunan berkelanjutan (SDGs),” kata Vita.

Sejumlah pos lain yang berkontribusi terhadap pendapatan SMGR adalah penjualan terak Rp3,19 triliun, beton jadi dan siap pakai Rp1,76 triliun, kantong semen Rp128,7 miliar, persewaan tanah Rp35,03 miliar, tanah kawasan industri Rp58,91 miliar, jasa penambangan Rp16,70 miliar, dan lain-lain Rp1,21 triliun.

Beban pokok pendapatan SMGR membengkak 2,81 persen menjadi Rp24 triliun, dari sebelumnya Rp23,3 triliun. Sejumlah beban yang meningkat diantaranya pemakaian bahan baku Rp1,64 triliun, beban pabrikasi bahan bakar dan energi Rp8,59 triliun, sewa Rp95,39 miliar. Alhasil, laba per saham perseroan merosot menjadi Rp341, dari sebelumnya Rp471.

 

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Iwan Purwantono

Mati dengan kenangan, bukan mimpi
Back to top button