Market

Airlangga: Entrepreneur UMKM Bisa Gali Cuan dari Komoditas Teh, Kopi, dan Kakao

Beberapa subsektor makanan dan minuman mengalami kebangkitan. Kemunculan UMKM minuman kekinian pun semakin banyak dan sedang digandrungi masyarakat sebagai gaya hidup.

“Kita memproduksi kakao hingga 706,5 ribu ton dengan Sulawesi Tengah sebagai pusatnya. Tingginya produksi teh, kopi, dan kakao di Indonesia serta momentum pemulihan ekonomi ini tentunya menjadi peluang bagi para entrepreneur UMKM untuk menggali cuan di sektor ini,” kata Menteri Koordinator bidang Perekonomian Airlangga Hartarto dalam keterangan tertulis di Jakarta, Selasa (22/3/2022).

Selama 2021, kinerja industri makanan dan minuman mengalami pertumbuhan positif sebesar 2,54 persen (yoy). Catatan ini lebih baik dari tahun sebelumnya yang masih di angka 1,58 persen dan lebih baik dari beberapa sektor industri lain.

Selain itu, subsektor penyediaan makan-minum selama 2021 juga tumbuh 3,52 persen (yoy) lebih baik dari tahun 2020 yang minus 6,88 persen.

Banyak lahirnya usaha minuman kekinian yang diolah menggunakan bahan baku teh, kopi dan kakao juga turut didukung kekayaan komoditas alam Indonesia.

Pada 2021, produksi teh sebanyak 145,1 ribu ton dengan Jawa Barat sebagai penghasil terbesarnya. Sementara itu, produksi kopi nasional mencapai 775 ribu ton, di mana Sumatera Selatan menjadi produsen tertinggi.

UMKM sebagai Critical Engine

Lebih jauh Menko Airlangga mengakui pelaku Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) termasuk subsektor makanan dan minuman menjadi critical engine bagi pemulihan ekonomi nasional. Kontribusi UMKM tercatat sebesar 61 persen dengan menyerap 97 persen tenaga kerja nasional.

UMKM bahkan berperan mendorong peningkatan investasi dan ekspor nasional. Investasi di sektor UMKM mencapai 60 persen dari total investasi nasional.

Sementara, kontribusinya terhadap ekspor nonmigas nasional mencapai 16 persen. Dari sektor UMKM ini, salah satu usaha yang mengalami pemulihan cukup baik ada di subsektor industri makanan dan minuman.
Namun demikian, Airlangga mengakui masih banyak tantangan yang dirasakan UMKM untuk dapat berkembang. Di antaranya adalah masalah perizinan dan kesulitan akses pembiayaan formal. Dengan legalitas yang memadai, UMKM akan dapat mengakses berbagai fasilitas pembiayaan yang disediakan pemerintah seperti Program KUR.

Ketua Umum Partai Golkar menuturkan, segmentasi KUR yang telah terbagi menjadi KUR super mikro, mikro, dan kecil juga dapat dimanfaatkan bagi mahasiswa atau entrepeneur pemula yang ingin membangun usahanya sejak dini.

Kriteria KUR super mikro yang tidak memiliki pembatasan minimal waktu pendirian usaha akan memudahkan wirausahawan pemula untuk memperoleh pembiayaan dibawah Rp 10 juta dan diharapkan membantu usahanya untuk naik kelas.

Dukungan perpanjangan tambahan subsidi dimana bunga KUR menjadi sebesar 3 persen hingga akhir Desember 2022 juga diberikan untuk mempercepat pemulihan UMKM pascapandemi.

Airlangga menegaskan, dengan berbagai kebijakan tersebut disertai perbaikan penanganan pandemi, UMKM Indonesia dapat mulai bangkit. Tercatat, pada 2021 terdapat 84,8 persen UMKM yang sudah kembali beroperasi secara normal.

“Selain itu, selama pandemi tercatat 40 persen UMKM menggunakan teknologi digital untuk memasarkan produknya dan merasakan adanya peningkatan pendapatan,” imbuh Menko Airlangga.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button