Wednesday, 03 July 2024

Ada Serpihan Senjata Buatan AS yang Digunakan Israel Menyerang Sekolah Gaza

Ada Serpihan Senjata Buatan AS yang Digunakan Israel Menyerang Sekolah Gaza


Di antara puing-puing sekolah al-Sardi yang dikelola PBB di kamp pengungsi Nuseirat di Gaza tengah terdapat sisa-sisa senjata yang menewaskan sedikitnya 40 warga Palestina. Dari penelusuran ternyata pecahan senjata yang tertinggal adalah buatan Amerika Serikat (AS).

Serangan Israel pada Kamis (6/6/2024) dini hari tidak memberikan peringatan sebelumnya kepada para pengungsi yang berlindung di sekolah. Empat belas anak tewas, sembilan wanita, dan sedikitnya 74 orang lainnya luka-luka. Senjata yang digunakan untuk melakukan serangan – menurut analisis Al Jazeera terhadap pecahan yang tertinggal – adalah buatan AS.

Unit pengukuran inersia dari rudal, yang digunakan untuk membantu penargetan presisi, diproduksi oleh Honeywell, sebuah konglomerat Amerika yang berspesialisasi dalam desain, pengiriman sensor dan perangkat panduan yang digunakan dalam berbagai senjata militer.

Unit verifikasi Sanad Al Jazeera menemukan bahwa salah satu pecahan yang ditemukan di Nuseirat memiliki nomor pabrikan dan kategori HG1930BA06. HG1930 mengacu pada sensor spesifik yang diproduksi oleh perusahaan.

Bagian yang sama ditemukan setelah pemboman Israel terhadap sebuah rumah warga Palestina di Shujayea, Gaza pada tahun 2014. Kedua bagian tersebut, dalam pemboman terbaru dan tahun 2014, memiliki nomor komponen pabrikan yang sama.

“Kami juga melihat nomor-nomor lain seperti MFR, HG 1930 dan kemudian BA 06. Ini adalah nomor bagian pabrikan yang memberikan rincian lebih spesifik tentang komponen rudal,” Elijah Magnier, seorang analis militer dan politik independen, mengatakan kepada Al Jazeera. “Sekarang, jika Anda melihat identifikasi pabrikan… itu adalah format yang digunakan oleh sektor kedirgantaraan dan pertahanan di Amerika Serikat yang terhubung dengan Honeywell.

Honeywell terkenal dengan pasokan IMU (Unit Pengukuran Inersia) dalam berbagai aplikasi militer, dan khususnya peluru kendali yang telah disediakannya untuk Angkatan Udara Israel sejak tahun 2000. Al Jazeera telah menghubungi Honeywell untuk memberikan komentar, namun belum menerima tanggapan.

Serangan Israel terhadap ruang PBB sudah menjadi hal biasa selama perang Israel di Gaza, yang kini telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina. Amerika Serikat telah dikritik karena perannya dalam mendukung Israel , dan khususnya pasokan senjata yang terus berlanjut. Sejak serangan pertama berlangsung pada 7 Oktober hingga saat ini telah menewaskan lebih dari 36.000 warga Palestina.

Kelompok hak asasi manusia telah berulang kali menuduh Israel melanggar hukum internasional, dan Israel saat ini menghadapi kasus genosida di Mahkamah Internasional. Kepala jaksa Pengadilan Kriminal Internasional juga telah meminta surat perintah penangkapan terhadap Perdana Menteri Benjamin Netanyahu dan Menteri Pertahanan Yoav Gallant atas tindakan mereka di Gaza.

Pada bulan Mei, sebuah laporan pemerintah AS menemukan kemungkinan pelanggaran Israel terhadap hukum internasional di Gaza. Hanya saja tidak ada identifikasi pelanggaran yang akan mengakhiri bantuan militer yang berkelanjutan. Presiden AS Joe Biden telah mengancam akan menghentikan pasokan sejumlah senjata ofensif ke Israel jika Israel melanjutkan operasi Rafah. Namun ancaman tersebut tak terbukti, meskipun Israel terus menekan di wilayah tersebut, yang terletak di selatan Gaza.

Gaza Tengah Diserang

Gaza Tengah baru-baru ini menjadi sasaran pemboman hebat Israel, yang oleh warga Palestina digambarkan serupa dengan hari-hari awal perang. Serangan terhadap sekolah al-Sardi di Nuseirat adalah bagian dari serangan tersebut. “Pemboman datang dari sini,” kata Naim al-Dadah, yang selamat dari serangan tersebut.

“Kami sedang tidur. Logam yang beterbangan mencapai atap di sisi lain dan semua jaring ini mendarat di sana, di sisi lain. Apa yang terjadi pada kami di luar imajinasi siapa pun.”

Saksi lain mengatakan serangan itu mencabik-cabik orang. Para penyintas mengumpulkan bagian-bagian tubuh, termasuk banyak anak-anak, hingga dini hari. Puing-puing senjata berserakan di seluruh ruangan yang hancur dan kasur yang berlumuran darah. Beberapa ruangan menjadi sasaran, meskipun struktur bangunannya tetap utuh.

Juru bicara bahasa Arab Israel Avichay Adraee, mengklaim sekolah PBB menjadi sasaran karena merupakan lokasi pos komando Hamas dan para pejuang yang terlibat dalam serangan kelompok Palestina pada 7 Oktober terhadap Israel, yang menewaskan 1.139 orang. Dia juga mengklaim Israel mengambil beberapa langkah untuk meminimalkan kemungkinan jatuhnya korban sipil. Direktur kantor media pemerintah Hamas, Ismail al-Thawabta, menolak klaim Israel.

Pada bulan April, outlet media +972 Magazine melaporkan bahwa Israel menggunakan sistem penargetan kecerdasan buatan yang disebut Lavender dalam kampanye pengeboman di Gaza. Laporan tersebut mengutip pejabat militer Israel yang mengatakan bahwa sistem tersebut menghasilkan target untuk dibunuh. 

Untuk sasaran tingkat rendah Hamas, kata laporan itu, tentara diizinkan membunuh 15 hingga 20 warga sipil. Serangan terhadap pejabat senior Hamas yang berpangkat komandan batalion atau brigade digunakan untuk membenarkan pembunuhan lebih dari 100 warga sipil.

Sementara itu NAACP, salah satu organisasi hak-hak sipil kulit hitam terbesar di Amerika Serikat, mendesak Joe Biden untuk menunda pengiriman senjata ke Israel “tanpa batas waktu” sebagai tanda meningkatnya ketidakpuasan terhadap dukungan presiden AS terhadap perang Israel di Gaza.

Dalam sebuah pernyataan, Presiden dan CEO NAACP Derrick Johnson mengatakan kelompok tersebut memiliki tanggung jawab untuk bersuara dalam menghadapi ketidakadilan dan berupaya untuk meminta pertanggungjawaban pejabat terpilih atas janji-janji yang mereka buat.

“Konflik Timur Tengah hanya akan terselesaikan jika pemerintah AS dan komunitas internasional mengambil tindakan, termasuk membatasi akses terhadap senjata yang digunakan terhadap warga sipil,” kata Johnson.

NAACP menyerukan kepada Presiden Biden untuk menarik garis merah dan mengakhiri pengiriman senjata dan artileri tanpa batas waktu ke negara Israel dan negara-negara lain yang memasok senjata ke Hamas.