News

50 Tahun PDIP, Lika-liku Panjang Menggenggam Kekuasaan

Selasa, 10 Jan 2023 – 08:13 WIB

Jokowisolo090319 1 - inilah.com

Mungkin anda suka

Dokumentasi Ketua Umum PDIP Megawati Soekarnoputri (kiri) bersama Joko Widodo (Jokowi) yang saat berstatus calon Presiden nomor urut 01 saat kampanye akbar di Solo, Jawa Tengah, Selasa (9/4/2019). (Foto: Antara/Wahyu Putro)

Hari ini, Selasa (10/1/2023), Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) genap berusia 50 tahun. Partai dengan lambang banteng moncong putih ini melalui lika-liku panjang dan masa jatuh bangun sebelum berada di puncak kekuasaan hampir sepuluh tahun terakhir.

Hal itu diraih setelah PDIP memenangkan Pemilu 2014 sekaligus mengantarkan calon presiden (capres) dan calon wakil presiden (cawapres) yaitu Joko Widodo (Jokowi)-Jusuf Kalla (JK) yang diusungnya bersama sejumlah partai politik (parpol) koalisinya sebagai Presiden dan Wapres RI.

Kegemilangan PDIP berlanjut di Pemilu 2019. Partai ini memenangkan lagi pesta demokrasi lima tahunan itu. PDIP bersama parpol koalisi dan kembali menempatkan Jokowi sebagai Presiden yang berpasangan dengan Ma’ruf Amin sebagai Wapres.

Sejarah PDIP sendiri dapat dirunut mulai dari Partai Nasional Indonesia (PNI) yang didirikan oleh Ir Soekarno pada 4 Juli 1927. Mengutip laman resmi PDIP, PNI kemudian bergabung dengan Partai Musyawarah Rakyat Banyak (Partai Murba), Ikatan Pendukung Kemerdekaan Indonesia (IPKI), Partai Kristen Indonesia (Parkindo) dan Partai Katolik. Partai gabungan tersebut kemudian dinamakan Partai Demokrasi Indonesia (PDI) pada 10 Januari 1973.

Diketahui, bergabungnya PNI dengan empat partai politik (parpol) itu merupakan bagian kebijakan Presiden Soeharto. Saat itu, Soeharto selaku pemimpin pemerintahan Orde Baru memiliki kebijakan untuk menerapkan fusi parpol dengan alasan menciptakan stabilitas politik kehidupan berbangsa dan bernegara.

Konflik Internal

Namun, sejak awal terbentuk, konflik internal PDI terus terjadi dan diperparah dengan adanya intervensi dari pemerintah. Untuk mengatasi konflik tersebut, anak kedua dari Ir Soekarno, Megawati Sukarnoputri didukung untuk menjadi ketua umum (Ketum) PDI. Akan tetapi, pemerintahan Soeharto tidak menyetujui dukungan tersebut kemudian menerbitkan larangan mendukung pencalonan Megawati Soekarnoputri dalam Kongres Luar Biasa (KLB) pada 2-6 Desember 1993 di Asrama Haji Sukolilo, Surabaya, Jawa Timur (Jatim).

Larangan tersebut berbanding terbalik dengan keinginan peserta KLB. Kemudian secara de facto Megawati Soekarnoputri dinobatkan sebagai ketum DPP PDI periode 1993-1998. Oleh karena itu, pada Musyawarah Nasional (Munas) 22-23 Desember 1993 di Jakarta, Megawati Sukarnoputri dikukuhkan sebagai Ketum Dewan Pimpinan Pusat (DPP) PDI secara de jure.

Selanjutnya, konflik internal PDI terus terjadi hingga berlangsung kongres pada 22-23 Juni 1996 di Asrama Haji Medan. Pada 20 Juni 1996, para pendukung Megawati Soekarnoputri melakukan unjuk rasa hingga bentrok dengan aparat keamanan yang menjaga kongres.

Kemudian pada 15 Juli 1996, pemerintahan Presiden Soeharto mengukuhkan Suryadi sebagai Ketum DPP PDI. Akhirnya pada 27 Juli 1996 pendukung Megawati Soekarnoputri menggelar Mimbar Demokrasi di halaman kantor DPP PDI, Jalan Pangeran Diponegoro Nomor 58, Menteng, Jakarta Pusat. Kemudian muncul rombongan berkaus merah kubu Suryadi. Bentrok dengan kubu Megawati Soekarnoputri tak terhindarkan. Peristiwa ini dikenal dengan Kerusuhan Dua Puluh Tujuh Juli atau disingkat menjadi Peristiwa Kudatuli.

Setelah kejadian tersebut, PDI di bawah pimpinan Suryadi hanya memperoleh 11 kursi DPR. Karena pemerintahan Seharto lengser pada reformasi 1998, PDI di bawah pimpinan Megawati Soekarnoputri semakin kuat, dan ditetapkan sebagai ketum DPP PDI periode 1998-2003 pada Kongres ke-V di Denpasar, Bali.

PDI Menjadi PDIP

Megawati Soekarnoputri kemudian mengubah nama PDI menjadi PDIP pada 1 Februari 1999 agar dapat mengikuti pemilu. Nama tersebut disahkan oleh Notaris Rahmat Syamsul Rizal dan dideklarasikan pada 14 Februari 1999 di Istora Senayan, Jakarta. PDIP menggelar Kongres I pada 27 Maret-1 April 2000 di Hotel Patra Jasa, Semarang, Jawa Tengah. Kongres tersebut menghasilkan keputusan Megawati Soekarnoputri sebagai Ketum DPP PDIP periode 2000-2005. Pada Kongres IV PDIP di Bali pada 8-12 April 2015, Megawati Soekarno Putri kembali dikukuhkan sebagai Ketum PDIP periode 2015-2020. Kepemimpinan Megawati berlanjut untuk periode 2019-2024 setelah terpilih aklamasi oleh pengurus DPD dan DPC PDIP se-Indonesia pada Kongres PDIP ke-V di Denpasar, Bali, Agustus 2019.

Kini, PDIP tengah menatap Pemilu 2024 dengan keyakinan mampu melanjutkan kemenangan secara hattrick atau tiga kali berturut-turut. Selamat Ulang Tahun PDIP..

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button