Kanal

5 Waktu Haram Menjalankan Salat dan Hikmahnya


salat merupakan upaya membangun hubungan baik antara manusia dengan Allah SWT. Dengan salat, kenikmatan bermunajat kepada Allah SWT akan terasa.

Pengabdian kepada-Nya dapat diekspresikan, begitu pula penyerahan segala urusan kepada-Nya. salat juga mengantar seseorang kepada keamanan, kedamaian, dan keselamatan dari-Nya. salat merupakan perilaku ihsan hamba terhadap Tuhannya.

Berdasarkan firman Allah dalam Al-Qur’an dinyatakan bahwa setiap muslim yang mukallaf wajib melaksanakan salat lima waktu dalam sehari semalam. Sebagaimana firman Allah:

فَإِذَا قَضَيْتُمُ ٱلصَّلَوٰةَ فَٱذْكُرُوا۟ ٱللَّهَ قِيَٰمًا وَقُعُودًا وَعَلَىٰ جُنُوبِكُمْ ۚ فَإِذَا ٱطْمَأْنَنتُمْ فَأَقِيمُوا۟ ٱلصَّلَوٰةَ ۚ إِنَّ ٱلصَّلَوٰةَ كَانَتْ عَلَى ٱلْمُؤْمِنِينَ كِتَٰبًا مَّوْقُوتًا

“Maka, apabila kamu telah menyelesaikan salat(mu), ingatlah Allah di waktu berdiri, di waktu duduk dan di waktu berbaring. Kemudian apabila kamu telah merasa aman, maka dirikanlah salat itu (sebagaimana biasa). Sesungguhnya salat itu adalah fardhu yang ditentukan waktunya atas orang-orang yang beriman.” (QS An-Nisa : 103).

Umat Islam diberi perintah untuk melaksanakan salat sampai 5 waktu dalam sehari. Belum lagi dengan banyaknya salat-salat sunnah yang ada. Maka salat sejatinya merupakan sebaik-baiknya ibadah yang dapat menghantarkan seorang hamba dekat dengan Rabb-nya.

Namun taukah Anda, ada beberapa waktu yang diharamkan?

Menurut jumhur ulama, waktu yang diharamkan untuk sholat hanya berlaku bagi sholat sunnah mutlak. Waktu yang diharamkan ini tak berlaku untuk pelaksanaan sholat sunnah karena memiliki sebab tertentu, seperti sholat jenazah dan sholat gerhana.

Berikut Waktu yang Diharamkan untuk Salat:

1. Saat Terbitnya Matahari hingga Meninggi.

Waktu haram salat yang pertama ini dimulai sejak mulai terbitnya matahari sampai dengan meninggi sekira ukuran satu tombak. Dalam rentang waktu tersebut tidak diperbolehkan melakukan salat. Namun bila posisi tinggi matahari sudah mencapai satu tombak maka sah melakukan salat secara mutlak.

2. Waktu istiwa atau Saat Matahai di Tengah Langit Cakrawala, Kecuali Hari Jumat

Waktu istiwa adalah waktu di mana posisi matahari tepat di atas kepala. Pada waktu tersebut, tidak diperkenankan bagi siapa pun untuk mengerjakan sholat.

salat jamaah
Ilustrasi Salat jemaah. (Foto: Getty Images)

Namun, keharaman ini tidak berlaku pada hari Jumat. Artinya, salat yang dilakukan pada waktu istiwa hari Jumat tetap sah dan diperbolehkan.

3. Waktu Matahari Menguning atau hendak tenggelam.

Berdasarkan hadits yang diriwayatkan oleh Imam Muslim:

ثَلَاثُ سَاعَاتٍ كَانَ رَسُولُ اللهِ صَلَّى اللهُ عَلَيْهِ وَسَلَّمَ يَنْهَانَا أَنْ نُصَلِّيَ فِيهِنَّ، أَوْ أَنْ نَقْبُرَ فِيهِنَّ مَوْتَانَا: «حِينَ تَطْلُعُ الشَّمْسُ بَازِغَةً حَتَّى تَرْتَفِعَ، وَحِينَ يَقُومُ قَائِمُ الظَّهِيرَةِ حَتَّى تَمِيلَ الشَّمْسُ، وَحِينَ تَضَيَّفُ الشَّمْسُ لِلْغُرُوبِ حَتَّى تَغْرُبَ  

Artinya: “Ada tiga waktu di mana Rasulullah SAW melarang kita salat dan mengubur jenezah di dalamnya: ketika matahari terbit sampai meninggi, ketika unta berdiri di tengah hari yang sangat panas sekali (waktu tengah hari) sampai matahri condong, dan ketika matahari condong menuju terbenam hingga terbenam.”

4. Setelah salat Subuh hingga Terbitnya Matahari.

Apabila seseorang telah menunaikan sholat Subuh, diharamkan baginya untuk melakukan sholat sunah apa pun. Pengecualian untuk sholat qadha, yakni sholat yang dilakukan untuk mengganti sholat wajib yang telah terlewat waktunya.

5. Setelah Sholat Ashar sampai Matahari Terbenam

Setelah melakukan salat ashar sampai dengan tenggelamnya matahari.  

Sebagaimana diharamkan melakukan salat setelah salat subuh, juga diharamkan melakukan salat bagi orang yang telah melakukan salat ashar secara adâan atau pada waktunya.    

ibadah salat
Ilustrasi orang melaksanakan ibadah salat. (Foto: Shutterstock)

Keharaman melakukan salat setelah melakukan salat ashar ini terus berlaku sampai dengan tenggelamnya matahari.   
Rasulullah SAW bersabda:

لاَ صَلاَةَ بَعْدَ الصُّبْحِ حَتَّى تَرْتَفِعَ الشَّمْسُ، وَلاَ صَلاَةَ بَعْدَ العَصْرِ حَتَّى تَغِيبَ الشَّمْسُ

Artinya: “Tak ada salat setelah salat subuh sampai matahari meninggi dan tak ada salat setelah salat ashar sampai matahari tenggelam.” (HR. Imam Bukhari).

Hikmah Dilarangnya Salat di Waktu Tertentu

Lantas bagaimanakah hikmah dilarangnya melaksanakan salat pada waktu-waktu tersebut? Dikutip inilah.com dari Sanadmedia berikut hikmahnya:

Syekh Muhammad bin Ahmad al-Syathiri dalam kitabnya “Syarah al-Yaqut an-Nafis” Juz I hal 187 (cet Daar al-Hawi) menjelaskan hikmah dibalik dilarangnya melaksanakan salat pada waktu-waktu tersebut, ia berkata:

ونهينا عن الصلاة في هذه الأوقات لكيلا نتشبه بالمجوس. فهم يعبدون الشمس عند غروبها وعند طلوعها. ولما كنا في الشرق الأقصى رأينا كثيرا منهم يستقبلون الشمس ويصلون ويركعون لها. ومنهم من يعبد النار, فتجده يشعل النار أمامه, ويتمايل حولها كلما مالت ويحرك شفتيه بالقراءة, ويزعمون أنهم يعبدونها لكيلا تحرقهم. ومنهم من يعبدون الشيطان لكيلا يضلهم. سبحان الله, عقول غريبة. فعلينا أن نحمد الله الذي هدانا لدين الإسلام.

“Alasan dilarangnya kita untuk melaksanakan salat pada waktu-waktu tersebut ialah agar kita tidak menyerupai orang-orang Majusi. Mereka menyembah matahari ketika tenggelam dan ketika terbit. Ketika kami di daerah ujung timur kami juga mendapati banyak dari mereka yang menghadap matahari dan menyembahnya.

Di antara mereka juga ada yang menyembah api, mereka menyalakan api di depan mereka, mengitarinya dan menyondongkan diri mengikuti gerakan apinya, menggerak-gerakkan kedua bibirnya dengan membaca kalimat tertentu.

Mereka menganggap bahwa alasan mereka menyembah api adalah supaya api tidak membakar mereka. Ada juga dari mereka yan menyembah syetan dengan harapan agar supaya syetan tidak menyesatkan mereka. Mahasuci Allah, (itu merupakan) pemikiran yang sangat aneh. Maka seyogyanya bagi kita memuji Allah yang telah menunjukkan kepada kita agama Islam”.

Wallahu a’lam

Back to top button