Sunday, 03 November 2024

5 Bank Asing di Indonesia yang Paling Dikenal dan Sederet Kasusnya

5 Bank Asing di Indonesia yang Paling Dikenal dan Sederet Kasusnya


Satu per satu bank asing diketahui mulai meninggalkan industri perbankan Indonesia.

Dari yang terbaru, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) menyetujui PT Bank Commonwealth (PTBC) untuk bergabung menjadi bagian dari PT Bank OCBC NISP, Tbk. sejak tanggal 1 September 2024.

Dalam hal ini, OCBC Indonesia membeli 99 persenĀ saham unit usaha Commonwealth Bank of Australia (CBA) di Indonesia, yaitu PT Bank Commonwealth (PTBC).

Meski demikian, masih ada beberapa bank asing ternama di Indonesia yang tetap mengukuhkan posisinya di kancah perbankan Indonesia.

Daftar Bank Asing di Indonesia Paling Ternama dan Kasus-Kasusnya

Mulai dari OCBC NISP hingga DBS Indonesia, berikut adalah daftar bank asing yang paling ternama di Indonesia:

1. OCBC NISP

OCBC NISP menempati posisi pertama dalam daftar bank asing paling ternama di Indonesia.

Bank ini pada dasarnya berasal dari Singapura dan sudah beroperasi di Indonesia sejak tahun 1941.

OCBC NISP dikenal dengan layanan perbankan yang mendukung transaksi antarnegara.

Selain itu, bank ini juga memiliki produk kartu kredit yang menawarkan berbagai hadiah menarik untuk nasabahnya.

Adapun salah satu layanan OCBC NISP yang sangat diunggulkan adalah kartu debit global.

Kartu ini dapat memudahkan nasabah untuk mengambil uang dari tabungan valas (valuta asing) di berbagai negara.

Sementara itu, salah satu kasus fenomenal yang sempat menimpa bank asal Singapura ini adalah adanya kasus kredit macet yang dilakukan Bos Gudang Garam, Susilo Wonowidjojo, selaku nasabah OCBC NISP.

Pada tahun 2023, PT Bank OCBC NISP, Tbk. menggugat Susilo Wonowidjojo terkait kredit macet PT Hair Star Indonesia (salah satu perusahaan yang dipimpin Susilo) senilai Rp232 miliar yang belum terbayarkan sejak Juni 2021.

Dari gugatan tersebut, OCBC NISP menutup ganti rugi secara materil sebesar Rp232 miliar dan imateriel sebesar Rp1 triliun.

2. CIMB Niaga

Sebagian masyarakat Indonesia mungkin sudah tidak asing lagi dengan nama CIMB Niaga. Memang, bank asal Negeri Jiran, Malaysia ini sudah cukup lama menemani nasabah Indonesia sejak tahun 1955.

Selain itu, CIMB Niaga juga sempat menyabet penghargaan TOP GRC Award pada tahun 2021.

Penghargaan ini menjadi bukti bahwa CIMB Niaga unggul dalam bidang infrastruktur, implementasi, dan sistemĀ Good Corporate GovernanceĀ (GCG).

Di samping nama harumnya, terdapat beberapa kasus yang sempat mewarnai sepak terjang bisnis perbankan CIMB Niaga di Indonesia.

Salah satu kasus yang pernah menyeret bank asing ini adalah gugatan sebesar Rp20 miliar dari mantan karyawan CIMB Niaga pada awal tahun 2024.

Dalam kasus ini, bank CIMB Niaga mendapatkan tuduhan berupa pemberian tekanan kepada karyawan dengan alasan kinerja penggugat yang dianggap tidak memuaskan setelah bekerja selama kurang lebih 5 tahun.

Gugatan tersebut berada di bawah tanggung jawab Pengadilan Hubungan Industrial (PHI) Jakarta Pusat.

3. Standard Chartered Bank Indonesia

Standard Chartered Bank Indonesia juga termasuk ke dalam daftar bank asing ternama di Indonesia.

Standard Chartered merupakan bank yang berasal London, Inggris Raya. Kemudian, bank ini memperlebar cakupan bisnisnya dengan beroperasi di Indonesia sejak tahun 1863.

Nama bank asing ini semakin harum berkat empat penghargaan terbaru yang didapatkan dari Triple A Treasury Awards 2024, yaitu:

  • Best Liquidity and Investments Solution
  • Best Payments and Collections Solution
  • Best in Treasury and Working Capital for Limited Liability Company
  • Best Service Provider for Liquidity Management

Di samping itu, Standard Chartered Bank Indonesia juga sempat terseret kasus dan digugat oleh seseorang bernama Dessy Rosmiwaty ke Pengadilan Negeri Jakarta Selatan pada tahun 2021 silam.

Gugatan yang diajukan oleh Dessy adalah tuduhan Standard Chartered telah melakukan perbuatan yang melawan hukum.

Dessy juga meminta Majelis Hakim PN Jakarta Selatan untuk menghukum Standard Chartered serta membayar kerugian imateriel sebesar Rp5 miliar secara tunai dan seketika.

Menanggapi hal tersebut, Standard Chartered Indonesia menjelaskan bahwa mereka berkomitmen untuk menghormati dan mengikuti proses hukum yang berlaku.

4. DBS Indonesia

DBS Indonesia adalah bank umum milik swasta asing, yaitu DBS Group yang berbasis di Singapura. Di Indonesia sendiri, DBS telah beroperasi sejak tahun 1989.

Bank ini memiliki reputasi yang cukup baik. Bahkan, DBS Group sendiri pernah merebut gelarĀ The Worldā€™s Best BanksĀ dari Forbes pada tahun 2020.

Bank swasta ini juga sempat memenangkanĀ Best Data Analytics Project ā€“ Indonesia padaĀ Triple Asset Triple A Award.

Tidak heran, bank DBS Indonesia dijuluki sebagai ā€œbank sehatā€ karena memperoleh pengakuan dari Warta Ekonomi pada ajang Indonesia Best Bank Award tahun 2020.

Namun, nasabah bank ini sempat terseret kasus dan menjadi korbanĀ phishingĀ (penipuan)Ā yang terjadi pada awal tahun 2024, tepatnya sebanyak 219 nasabah bank DBS di Singapura.

Jika ditotal, kerugian nasabah bank DBS di Singapura bisa mencapai S$446.000 atau sekitar Rp5,3 miliar.

Pihak DBS dan kepolisian setempat menjelaskan bahwa terdapat peningkatan kasus penipuan berbentuk SMSĀ phishingĀ di mana para pelaku berpura-pura menjadi pegawai bank.

Menanggapi kasus yang melibatkan nasabahnya, pihak DBS Singapura juga mengatakan mereka akan menganalisis setiap kasusĀ phishingĀ yang menyangkut nama DBS Group.

DBS Singapura juga berkomitmen untuk memberikan bantuan kepada nasabah sesuai dengan kasus yang dialami.

5. ANZ Indonesia

Bank ANZ (Australia and New Zealand Banking Group Limited) merupakan bank terbesar keempat di Australia.

Pasalnya, bank ini telah didirikan sejak tahun 1835 dan memiliki duaĀ brandĀ ternama di Australia, yaitu ANZ dan The National Bank of New Zealand.

Sementara itu, Bank ANZ Indonesia sendiri berdiri pada tahun 1973 dan menjadi investor Australia terbesar di sektor jasa keuangan Indonesia karena turutĀ menginvestasikan dananya hingga lebih dari AU$ 1 miliar.

Namun, pada tahun 2018, PT Bank ANZ telah melepas bisnis ritel mereka di Indonesia kepada PT Bank DBS Indonesia.

Adapun lini bisnis yang dilepas tersebut adalah kredit ritel dan layanan nasabah kaya (wealth management).

Selain di Indonesia, ANZ Australia juga menjual lini bisnis ini di Singapura, Taiwan, Hong Kong, dan Cina.

Penjualan tersebut menyebabkan kerugian bagi ANZ sekitar US$265 juta atau setara dengan Rp3,4 triliun.

Langkah ini diketahui berkaitan dengan perubahan strategi serta fokus usaha ANZ Australia di kawasan Asia.

Apakah Bank Asing Mendominasi Sektor Perbankan Indonesia?

Meski beberapa bank asing yang disebutkan di atas telah dikenal namanya di industri perbankan Indonesia, nyatanya,Ā bank BUMN masih mendominasi sektor perbankan ini pada semester Itahun 2024.

Dilansir dari data Otoritas Jasa Keuangan (OJK), bank pelat merah atau bank BUMN mencetak laba bersih sekitar Rp65,03 triliun pada semester I/2024.

Angka tersebut naik sebesar 6,68 persen dibandingkan periode yang sama dari tahun sebelumnya yang mencetak angka Rp60,96 triliun.

Bank asing sendiri berada di posisi ketiga, setelah bank swasta milik Indonesia. Bank asing meraup laba sekitar Rp7,13 triliun per Juni 2024.

Perolehan ini mencatatkan laju pertumbuhan yang cukup signifikan, yaitu sebesar 5,64% daripada tahun sebelumnya.

.

.

Dapatkan Informasi Terupdate dan Paling Menarik Seputar Ekonomi dan FinansialĀ di LamanĀ Google News Inilah.com.

Choiriyah Indriyaniputri