Hangout

3 Cara Menangani Anak Korban Kekerasan Seksual

Sabtu, 29 Okt 2022 – 08:30 WIB

Anak Korban

Istockphoto

Wakil Sekjen Persaturan Dokter Forensi Indonesia (Wasekjen PDFI) dr Baety Adhayati menyebutkan bahwa ada beberapa hal yang dapat kita lakukan untuk mengurangi dan menangani korban kekerasan seksual, baik pada anak maupun pada perempuan. Hal ini dapat diawali dengan meningkatkan edukasi mengenai pencegahan kekerasan seksual.

“Kemudian ada gerakan kelompok masyarakat peduli korban kekerasan seksual seperti puspa. Lalu ada edukasi di tingkat sekolah, ini seharusnya masuk dalam kurikulum sekolah, namun disisi lain hal ini juga masih dianggap tabu,” jelas Baety dalam media briefing dengan tema ‘Kekerasan Seksual pada Anak dan Perempuan: Bagaimana Mengenali dan Menanganinya’ pada Jumat (28/10/2022).

Bahkan Baety mengaku saat ia menangani kasus kekerasan seksual pada anak yang terjadi di lingkungan sekolah, justru pihak sekolah mengancam sang anak untuk tidak melaporkan hal tersebut.

“Saya pernah dapat laporan, dimana justru dari pihak sekolah menyuruh korban untuk tidak melapor. Jadi ada anak dilecehkan oleh guru, melapor ke kepala sekolah (kepsek), kepsek bilang ke anak untuk jangan lapor, itu yang kadang menjadi kendala juga,” jelasnya.

Hal lainnya yang juga dapat dilakukan pemerintah maupun lembaga adalah dengan menyediakan dukungan sistem dan infrastruktur untuk penanganan korban kekerasan di tingkat wilayah, sehingga akses bagi korban untuk mendapatkan penanganan menjadi lebih mudah.

“Kemudian yang paling penting adalah kita harus menyoroti dan kritisi alokasi dukungan pemerintah dan pemda terhadap sistem penanganan korban di wilayah. Karena dalam penanganan tentu ada anggaran yang dikeluarkan, seperti apakah sudah cukup anggaran yang disediakan mulai dari pencegahan, penanganan hingga rehabilitasi korban, jangan-jangan gak cukup,” tegas Baety.

Kemudian pemerintah juga harus mencukupi alokasi anggaran untuk infrastruktur penanganan korban seperti ketersediaan rumah aman, fasilitas kesehatan (faskes) yang nyaman bagi korban, serta kemudahan akses bagi korban untuk melapor melalui dinas terkait.

“Lalu ketersediaan fasilitas kesehatan, dimana harus ada faskes yang representatif, yang nyaman bagi korban. Kemudian ketersediaan rehabilitas, karena ada risiko penyakit tertentu yang terjadi, harus ada rehabilitasi psiko sosialnya. Dan yang terakhir keterhubungan antar dinas-faskes (dokter)-aparat penegak hukum baik dari proses melapor hingga di pengadilan,” terangnya.

Tidak hanya itu, Konselor dari Akara Perempuan Siti Hajar Rahmawati juga menambahkan bahwa dengan melakukan beberapa hal ini, juga dapat membantu korban.

1. Berhenti menyalahkan

Rahma menyinggung bahwa masih banyak masyarakat yang tanpa disadari telah melontarkan kata-kata yang justru menyalahkan korban yang mendapatkan kekerasan seksual.

“Kayak misalnya gini makanya kamu jangan pacaran, nah contohnya begitu. Atau makanya kamu udah tahu laki-laki itu begitu, kenapa kamu jadiin dia suami, atau makanya kamu sih pakai bajunya kayak gitu, atau makanya jangan main media sosial, nah hal-hal seperti itu loh masih menjadi tantangan buat kita semua,” terang Rahma.

2. Cek berkala dengan tanya kabar

Pengecekan secara berkala kepada korban juga dapat membantu korban dalam masa pemulihannya. Anda dapat menanyakan kabar korban dan menunjukkan rasa empati.

“Ditanya kamu baik-baik aja ada yang bisa aku bantu, atau apa, tanyain, berempatilah dengan mereka, dicek, karena apa, ternyata data dari WHO yang 30 persen korban itu berakhir dengan meninggal. Nah ini yang perlu di cek secara berkala gitu ya, karena korban kami juga ada yang sampai rambutnya rontok, terus sampe akhirnya ternyata dia mengalami PTSD,” jelasnya.

Rahma sendiri menjelaskan bahwa di Akara Perempuan biasanya akan dilakukan pengecekan secara berkala ini per 7 hari, atau per 14 hari, bahkan per 21 hari.

3. Cari bantuan yang tepat

“Ajak korban untuk mencari bantuan yang tepat gitu ya, yang tepat, karena memang bahwa belum semua profesional di Indonesia itu punya perspektif gender dan perspektif korban. Jadi mencari bantuan yang paling tepat, sekarang itu banyak di sosial media, dimana kita bisa mencari bantuan itu,” tegasnya.

Back to top button