News

13 Anggota PP Muhammadiyah Periode 2022-2027 Terpilih, Minim Tokoh Muda

Sebanyak 13 nama Anggota Pimpinan Pusat (PP) Muhammadiyah periode 2022-2027 akhirnya terpilih dalam Sidang Pleno III Muktamar ke-48 Muhammadiyah di Solo, Jawa Tengah, yang berlangsung pada Sabtu (19/11/2022) hingga tengah malam.

Dalam sidang pleno yang berlangsung selama empat jam hingga tengah malam itu, pemungutan suara yang dilakukan menggunakan sistem elektronik atau e-voting berhasil menjaring 39 nama calon tetap Anggota PP Muhammadiyah menjadi 13 orang. “Ke-13 orang itu secara otomatis menjadi Anggota PP Muhammadiyah,” kata Anggota Panitia Pemilihan (Panlih) Sukadiono di Solo, dikutip dari laman Muhammadiyah.

Pemilihan dilakukan oleh 2.519 dari 2.558 peserta Muktamar yang berasal dari unsur pimpinan pusat, organisasi otonom tingkat pusat, pimpinan wilayah, pimpinan daerah, dan pimpinan cabang.

Sukadiono menyebut dalam mekanizme demokrasi ala Muhammadiyah, 13 orang tersebut akan bermusyawarah untuk menentukan siapa di antara mereka yang akan menjadi Ketua Umum PP Muhammadiyah dan Sekretaris Umum masa jabatan 2022-2027. Pengesahan akan dilakukan pada hari ini, Minggu (20/11/2022).

Ia menerangkan, peraih suara terbanyak dari 13 nama yang ditetapkan itu tidak otomatis menjadi ketua umum sebab semuanya tergantung pada musyawarah yang dilakukan oleh ke-13 orang tersebut. Namun, biasanya terpilih. “13 orang Anggota PP Muhammadiyah ini akan melakukan rapat pada Ahad ini,” ujarnya.

Adapun dari 13 nama yang terpilih itu, posisi pertama ditempati oleh Haedar Nashir dengan 2.203 suara, sedangkan posisi kedua adalah Abdul Mu’ti 2.159. Haedar saat ini menjabat sebagai Ketum PP Muhammadiyah, sedangkan Abdul Mu’ti sebagai Sekum.

Berikut ke-13 formatur PP Muhammadiyah:

1. Haedar Nashir (2.203 suara)

2. Abdul Mu’ti (2.159)

3. Anwar Abbas (1.820)

4. M Busyro Muqoddas (1.778)

5. Hilman Latif (1.675)

6. Muhadjir Effendy (1.598)

7. Syamsul Anwar (1.494)

8. Agung Danarto (1.489)

9. M Saad Ibrahim (1.333)

10. Syafiq A Mughni (1.152)

11. Dadang Kahmad (1.119)

12. Ahmad Dahlan Rais (1.080)

13. Irwan Akib (1.001)

Regenerasi

Dari ke-13 nama yang terpilih sebagai Anggota PP Muhammadiyah masa jabatan 2022-2027, sebagian besar diisi oleh tokoh senior Muhammadiyah. Terkait hal tersebut, Ketua PP Muhammadiyah Ahmad Dahlan Rais mengharapkan sekaligus mengusulkan ditambah beberapa tokoh muda Muhammadiyah sebagai “darah segar”.

“Darah segarnya kurang karena beberapa, Mas Hilman sama siapa itu tadi. Tapi kan PP bisa menambah. Kemarin kami menambah empat, barangkali bisa ditambah sampai enam apa berapa,” kata Dahlan Rais dikutip dari  kanal YouTube TvMu, Minggu (20/11/2022).

Menurut dia, dengan ditambahnya “darah segar” maka akan ada keseimbangan karena dengan banyak tokoh senior membuat PP Muhammadiyah kurang ideal. Penambahan tokoh muda dalam komposisi PP Muhammadiyah bisa dilakukan ketika rapat pleno digelar.

Din Syamsuddin, Ketua Umum PP Muhammadiyah dua periode 2005-2015, baru-baru ini melontarkan usulan penyegaran Pimpinan Pusat Muhammadiyah. Dia menilai Muhammadiyah membutuhkan “darah segar” untuk menjamin kesinambungan organisasi.

“Kalau kita petakan profil umur 14 anggota PP Muhammadiyah sekarang ini ternyata 11 dari 14 Pimpinan Pusat Muhammadiyah masuk kelompok lanjut usia (78,5%). Umurnya sudah di atas 60 tahun,” ungkap Din.

Hanya tiga orang atau 22,5% yang masih dalam kategori usia pertengahan di bawah 60 tahun, yaitu Abdul Mu’ti, Agung Danarto, dan Agus Taufiqurrohman.

Haedar Nashir (64 tahun), A. Dahlan Rais MHum. (71 tahun), Busyro Muqoddas (70 tahun), Anwar Abbas (67 tahun), Muhadjir Effendy  (66 tahin),  Syafiq A Mughni (68 tahun), Dadang Kahmad  (70 tahun), HM Goodwill Zubir (60 tahun), Hajriyanto Y. Thohari MA (62 tahun), Noordjannah Djohantini (64 tahun), Marpuji Ali (71 tahun), Abdul Mu’ti  (54 tahun),Agung Danarto  (54 tahun), dan Agus Taufiqurrohman.

Dengan demikian, bila mengikuti saran Din Syamsuddin maka akan banyak Anggota PP Muhammadiyah periode ini yang harus diganti. Apalagi ada yang sudah menjabat dua periode.

Sam Elqudsy, pengurus SD Aisyiyah Multilingual Darussalam Kudus, dikutip dari laman Muhammadiyah menjelang Muktamar, mengatakan para pimpinan yang sudah tua selalu terpilih karena pemilih tak banyak memiliki referensi siapa saja “darah segar” yang harus dipilih. “Ini masalah proses kaderisasi yang tak berjalan, sehingga tak banyak kader muda yang muncul,” ucapnya.

Apalagi, kata dia, kalau kriteria yang diinginkan menjadi pimpinan adalah sosok ulama intelektual maka bakal tak ada yang terpilih karena kader muda seperti itu sedikit terlihat. Karena itu, saran agar calon-calon pimpinan diumumkan lebih dulu sebelum Tanwir harus didorong.

Kalau sistem menyimpan rapat-rapat nama calon terus diberlakukan dan baru dibuka saat sidang Tanwir dan Muktamar yang sidangnya juga tertutup maka tak banyak memancing perdebatan di kalangan warga Muhammadiyah untuk menilai calon pemimpinnya.

“Jangan-jangan sistem tertutup itu karena para pimpinan tak ingin orang hanya ramai membicarakan calon pimpinan. Mereka sudah merasa mapan dengan sistem yang berjalan selama ini. Orang yang mapan tak suka perubahan,” ujarnya.

Menurutnya, kalau hal ini yang terjadi maka jargon Muhammadiyah berkemajuan perlu dirumuskan ulang. Faktanya, sistem pemilihan pimpinan masih pola lama yang tertutup. “Walaupun selalu bilang kita harus menyesuaikan hidup di era digital yang berkembang cepat, sikapnya malah berkemunduran,” kata Sam.

Merujuk Abdul Mu’ti yang menyebut Muhammadiyah berjalan dengan sistem, bukan bergantung pada sinten dan pinten, maka banyak pimpinan yang merasa nyaman dengan sistem. “Buat apa mencoba sistem yang baru. Maka yang bakal muncul di Muktamar ini sosok pimpinan yang ‘lu lagi lu lagi’,” tutur Sam.

Beri Komentar (menggunakan Facebook)

Back to top button